Rabu, 08 Juli 2015

Senin, 29 Juni 2015

Sabtu, 27 Juni 2015

paper Agroklimatologi



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Sawi (Brassica Juncea L.)  merupakan sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan makanan (sayuran) baik secara langsung maupun dengan cara diolah terlebih dahulu. Tanaman sawi merupakan salah satu jenis tanaman yang sering dipilih untuk dibudidyakan. Hal ini dikarenakan tanaman sawi sangat mudah dibudidayakan dibandingkan tanaman sayuran yang lainnya. Selain karena cara pembudidayaannya yang relatif mudah, juga karena umur dari tanaman sawi ini tergolong pendek atau dengan kata lain pertumbuhannya relatif cepat.
Tanaman sayuran merupakan salah satu tanaman andalan dari negara Indonesia. Di Indonesia, banyak sekali petani yang membudidayakan berbagai jenis tanaman sayuran salah satunya adalah sawi. Sawi banyak sekali digunakan dalam berbagai menu makanan lezat, seprti mie ayam, bakso, pecel, gado-gado dan lain-lain.
Selain karena proses budidayanya yang relatif mudah dan berumur pendek, tanaman sawi banyak dibudidayakan karena banyak orang yang menyukai jenis sayuran yang satu ini. Selain orang-orang Indonesia, jenis sayuran yang satu ini juga digemari oleh orang-orang yang berada diluar negeri. Oleh karena banyaknya orang yang menggemari sayuran sawi ini, maka para petani dituntut untuk lebih baik lagi membudidayakan tanaman sawi ini supaya dapat memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin hari semakin meningkat.
Pada dasarnya tanaman sawi dapat tumbuh ditempat manapun baik ditempat panas maupun ditempat yang dingin, sehingga dapat dibudidayakan dari dataran rendah maupun pada tempat dataran tinggi. Namun pada kenyataannya, tanaman sawi akan dapat tumbuh dengan baik pada tempat-tempat dataran tinggi jika dibandingkan dengan pada tempat dataran rendah. Hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan intensitas cahaya matahari (cuaca) dan juga iklim serta suhu yang ada pada tempat dataran rendah dan tempat dataran tinggi. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis akan mencoba menjabarkan tentang bagaimana keadaan suhu, iklim dan cuaca yang tepat untuk pertumbuhan tanaman/sayuran sawi.

1.2.Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan karya tulis ini yaitu:
1.      Sebagai kewajiban bagi mahasiswa Fakultas Pertanian UNIKA St. Thomas Sumatera Utara  untuk membuat tugas pada setiap semesternya
2.      Sebagai bahan bagi mahasiswa Pertanian untuk mengetahui dasar penanaman dari tanaman sawi
3.      Agar mahasiswa dapat terlatih untuk membuat sebuah karya tulisnya sendiri dan mampu menyampaikan hasil karya tulis yang telah dibuatnya tersebut




 







BAB  II
ISI
          Cuaca adalah kegiatan atau kelakuan atmosfer pada waktu tertentu yang sifatnya berubah-ubah setiap waktu atau dari waktu ke waktu. Sedangkan iklim merupakan rata-rata keadaan cuaca dalam jangka waktu yang cukup lama (minimal 30 tahun) dan sifatnya tetap. Unsur-unsur yang terkandung dalam iklim yaitu radiasi matahari, temperatur, kelembaban, awan, presipitasi, evaporasi, tekanan udara dan angin (Patricius, 2014).
Untuk melakukan budidaya sawi, kita harus mengetahui terlebih dahulu keadaan iklim, suhu dan intensitas cahaya matahari yang cocok untuk pembudidayaannya, karena keadaan  ini merupakan salah satu faktor awal atau utama untuk keberhasilan perkembangan budidaya sawi. Pada proses perkecambahan, tanaman sawi tidak dapat menerima cahaya yang berlebihan, sehingga diperlukan pengaturan. Persemaian dibuka setiap pagi hingga pukul 10.00 WIB, dan sore mulai pukul 15.00 WIB. Diluar waktu diatas, cahaya matahari yang terlalu panas kurang menguntungkan bagi pertumbuhan dan perkembangan bibit. Selain itu, pada proses perkecambahan tanaman sawi juga sangat sensitif terhadap air yang berlebihan, sehingga pada saat terjadi hujan maka naungan tempat perkecambahan sawi harus ditutup. Hal ini dilakukan untuk menghindari pukulan air hujan yang dapat merusak bibit (Anonimus,2015).
Pertumbuhan tanaman sawi yang baik membutuhkan suhu udara yang berkisar antara 19ºC - 21ºC.  Keadaan suhu suatu daerah atau wilayah berkaitan erat dengan ketinggian tempat dari permukaan laut (dpl).  Daerah yang memiliki suhu berkisar antara 19ºC - 21ºC adalah daerah yang ketingiannya 1000 – 1200 m dpl, semakin tinggi letak suatu daerah dari permukaan laut, suhu udaranya semakin rendah. Sawi yang ditanam pada tempat yang bersuhu diatas 21ºC dapat menyebabkan tanaman sawi tidak dapat tumbuh dengan baik. Hal ini dikarenakan suhu udara sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman sawi. Jika suhu tidak sesuai dengan kebutuhan suhu tanaman sawi maka pertumbuhannya pun akan menjadi tidak bagus,  karna dapat menyebabkan terhambatnya proses fotosintesis yang dapat mengakibatkan terhentinya produksi pati (karbohidrat) dan respirasi meningkat lebih besar. Jika suhu yang ada pada suatu daerah sesuai dengan suhu yang dibutuhkan/diinginkan tanaman sawi, maka tanaman dapat melakukan fotosintesis dengan baik dan dapat melakukan  pembentukan karbohidrat dalam jumlah  yang besar. Sehingga sumber energi lebih tersedia untuk proses pernapasan (respirasi), pertumbuhan tanaman (pembesaran dan pembentukan sel-sel baru, pembentukan daun), dan produksi (Cahyono, 2003).
Faktor cahaya merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dan produksi. Intensitas cahaya yang tinggi dapat mengakibatkan menigkatnya proses fotosintesis atau proses fotosintesis dapat  tercapai. Akan tetapi peningkatan proses fotosintesis akan terhenti pada titik jenuh cahaya matahari. Cahaya matahari yang kurang juga dapat menyebabkan pertumbuahan dan produksi tanaman sawi menjadi menurun. Akibatnya dapat membuat pertumbuhan tanaman sawi menjadi lemah, pucat, kurus, dan memanjang sehingga produktifitas tanaman sangat kurang. Untuk mendapatkan intensitas cahaya matahari, tanaman sawi  cukup memerlukan panjang penyinaran matahari (fotoperiodisitas) 12 - 16 jam setiap hari. (Cahyono, 2003).
Kelembaban udara yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman sawi yang optimal berkisar antara 80% - 90%. Kelembaban udara yang berada diatas 90% akan berdampak negatif terhadap tanaman sawi, tanaman akan mengalami pertumbuhan yang tidak sempurna, tanaman tidak subur, kualitas daun jelek, dan apabila tanaman ditujukan untuk pembibitan, maka kualitas biji akan menjadi rendah. Sedangkan kelembaban udara yang berada dibawah 80%  juga akan membawa dampak negatif pada pertumbuhan tanaman sawi. Kelembaban udara yang berada dibawah 80% akan membuat tanaman sawi menjadi pertumbuhannya tidak sempurna, dapat membuat tanaman menjadi kerdil, daun menguning dan relatif kecil-kecil (Anonimus,2015).
            Tanaman sawi (Brassica Juncea L.) merupakan salah satu tanaman jenis sayuran yang banyak dibudidayakan oleh para petani-petani di Indonesia, baik dipulau jawa, sumatera, kalimantan, sulawesi maupun papua. Tanaman ini sering dijadikan sebagai bahan tambahan pada makanan khas masing-masing daerah.
            Di Indonesia, usaha budidaya sayur-sayuran banyak dijalankan atau dilakukan didaerah-daerah yang memang memiliki ketinggian tempat diatas 500 meter diatas permukaan laut. Di pulau sumatera, kususnya provinsi sumatera utara, budidaya tanaman sayur-sayuran banyak dilakukan di derah berastagi kabupaten karo, demikian juga halnya dengan tanaman sawi. Hal ini dilakukan karena tanaman sayuran memang pada umumnya memiliki sifat yang akan tumbuh dengan baik pada kondisi cuaca dan suhu yang relatif sedang sampai keadaan suhu rendah (dalam rata-rata kondisi cuaca dan suhu di Indonesia).
Pada dasarnya, setiap jenis tanaman memang memerlukan cahaya matahari untuk melakukan proses fotosisntesis. Demikian juga halnya dengan tanaman sawi.  Telah dikatakan bahwa tanaman sawi akan dapat tumbuh, baik ditempat yang bersuhu dingin maupun ditempat yang bersuhu panas sekalipun. Namun pada kenyataannya tanaman sawi ini tidak dapat tumbuh dengan baik pada kondisi udara yang panas (bersuhu tinggi). Dapat kita ambil contoh pada percobaan yang telah dilakukan salah seorang mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara yaitu Ardika Tarigan yang melakukan penelitian diareal lahan pertanian UNIKA ST. THOMAS SU yang pada dasarnya suhu rata-rata kota Meden mencapai 25 – 27 oC . Pada saat kondisi cahaya matahari yang sangat panas, percobaan yang dilakukan mengalami kegagalan karena tanaman mengalami kesulitan untuk berkembang. Namun setelah musim panas mulai berakhir percobaan yang telah diulang mendapatkan hasil yang baik. Hal tersebut menunjukan tanaman sawi tidak akan mampu tumbuh dengan baik pada saat kondisi cahaya matahari sangat panas atau dengan kata lain pada suhu yang tinggi, namun akan tumbuh dengan lebih baik pada kondisi cahaya matahari yang tidak terlalu panas dan dengan suhu yang relatif sedang sampai dengan rendah ( dalam rata-rata kondisi suhu di Indonesia).
Memang tanaman sawi dapat tahan terhadap hujan, namun juga tidak baik hasilnya jika tanaman sawi ini dibudidayakan pada kondisi cuaca dalam keadaan musim penghujan. Pada kondisi musim penghujan akan membuat tanaman sawi ini tergenang dan menyebabkan pertumbuhannya menjadi terhambat dan membuat kualitas daun menjadi buruk (menguning). Selain itu, budidaya tanaman sawi pada musim penghujan akan mengakibatkan tanaman rentan terhadap hama dan penyakit atau bahkan air yang menggenangi dapat menjadi sarang bagi hama tanaaman.




















BAB III
PENUTUP
4.1. kesimpulan
            Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari karya tulis ini, yaitu:
1.      Tanaman sawi akan mampu tumbuh dengan baik pada kondisi cuaca yang tidak panas atau dengan kata lain suhunnya tergolong rendah (rata-rata suhu Indonesia)
2.      Tanaman sawi juga tidak mampu bertahan hidup dengan baik pada musim penghujan, karena air yang menggenang dapat menghambat pertumbuhan tanaman ini dan juga dapat menjadi sarang hama penyakit

4.2. Saran
            “Karena tanaman sawi tidak mampu tumbuh dengan baik pada kondisi cahaya matahari yang terlalu panas dan air yang menggenang, maka penanaman sawi sebaiknya dilakukan pada akhir musim penghujan dan awal musim kemarau.”









DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2015. http://id.m.wikipedia.org/wiki/budidaya_sawi. diakses tanggal 04 januari 2015.

Anonimus. 2015. http://id.m.wikipedia.org/wiki/sawi. diakses tanggal 04 januari 2015.

Cahyono, Bambang. 2003. Teknik dan Strategi Budidaya Sawi Hijau. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.

Sipayung, Patricius. 2014. Agroklimatologi. Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara. Medan.






fisiologi tumbuhan tentang organel-organel sel penyusun tumbuhan



PAPER FISIOLOGI TUMBUHAN
ORGANEL – ORGANEL PENYUSUN SEL TUMBUHAN


DPP/DPJ        : Ir. Benny B Ginting, Msi.






OLEH :
AISIMO SYAHPUTERA TUMANGGER (130420047)
FEBRINA SINAGA (130420017)
BANGKIT MUNTHE (130420036 )






PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Fisiologi tumbuhan merupan ilmu yang mempelajari tentang proses, fungsi, dan aktivitas suatu organisme dalam menjaga dan mengatur kehidupannya. Dalam mempelajari fisiologi tumbuhan, yang paling mendasar perlu di pelajari adalah ilmu tentang sel.
Sel merupakan kesatuan dasar sruktural dan fungsional makhluk hidup atau dengan kata lain dapat dikatakan sebagai kesatuan struktural berarti makhluk hidup terdiri atas sel-sel. Makhluk hidup yang terdiri atas satu sel disebut makhluk hidup bersel tunggal (uniseluler = monoseluler) dan makhluk hidup yang terdiri dari banyak sel disebut makhluk hidup multiseluler. Sel sebagai unit fungsional berarti seluruh fungsi kehidupan atau aktivitas kehidupan (proses metabolisme, reproduksi, iritabilitas, digestivus, ekskresi dan lainnya) pada makhluk hidup bersel tunggal dan bersel banyak berlangsung di dalam tubuh yang dilakukan oleh sel. Tumbuhan termasuk organisme multiseluler yang terdiri dari berbagai jenis sel terspesialisasi yang bekerja sama melakukan fungsinya. Sel tumbuhan meliputi berbagai organel seperti dinding sel, sitoplasma, membran plasma, retikulum endoplasma, badan golgi, vakuola, badan mikro, sferosom, rangka sel, ribosom, mitokondria, plastida dan nukleus. Masing-masing organel memiliki struktur dan fungsi yang berbeda.
Fotosintesis, metabolisme, pertumbuhan serta perkembangan tumbuhan merupakan aktivitas sel-sel tumbuhan. Misalnya organel plastida yang berperan dalam fotosintesis tumbuhan.
Tumbuhan tingkat tinggi tubuhnya tersusun oleh sejumlah sel, baik sel hidup maupun sel mati. Sel-sel hidup memiliki persamaan dan perbedaan dalam struktu dan fungsinya. Persamaannya adalah sel itu mempunyai dinding sel, terisi plasma yang terbungkus oleh membran plasma. Sedangkan perbedaannya terutama diakibatkan oleh lingkungan dan faktor genetik, yaitu akibat proses diferensiasi yang mengikuti proses pembelahan sel.
Dalam pembuatan paper mata kuliah Fisiologi Tumbuhan ini akan dibahas mengenai organel-organel sel yang terdapat dalam sel tumbuhan.

1.2. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam paper ini yaitu:
ü  Apakah yang dimaksud dengan sel tumbuhan?
ü  Apakah yang dimaksud dengan organel sel tumbuhan?
ü  Apakah fungsi masing-masing dari organel-organel sel tumbuhan?
ü   

1.3. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan paper fisiologi tumbuhan ini yaitui:
ü Sebagai kewajiban bagi setiap mahasiswa fakultas Pertanian Universitas katoluk Santo Thomas Sumatera Utara untuk membuat tugas pada setiap mata kuliahnya
ü Agar mahasiswa mengerti apakah itu organel sel tumbuhan dan fungsinya masing-masing
ü Agar mahasiswa dapat terbiasa membuat sebuah karya tulis sendiri yang mempunyai nilai akademik




BAB II
ISI
Sel tumbuhan adalah bagian terkecil dari setiap organ tumbuhan atau dapat juga dikatakan sebagai penggerak dari suatu tumbuhan itu sendiri. Sel tumbuhan cukup berbeda dengan sel organisme eukariotik lainnya (Anonimus, 2015).
Organel sel adalah komponen-komponen penyusun sel dan bersifat hidup. Organel sel merupakan bagian terpenting dalam suatu  sel yang berfungsi mengatur proses kehidupan di dalam sel. Organel sel terdapat pada bagian sel yang disebut sitoplasma. Organel sel terdiri dari beberapa bagian yang masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda namun bekerja sebagai suatu sistem yang mendukung proses kehidupan yang terjadi dalam sebuah sel (Anonimus, 2015).
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivayCGGBpNcTw7a1a2ER0urZIRQn8mXVl0bxWQfY72IZQL4vEIKKY4KurK23kdzBGAGG4Y-36uIiewBYEvyGS58aab3CSLqr2eXgSMfvYcs76BtZTpYq8x4r5xq4wyzXilJVNuT9NrLgo/s400/plantcell.gif
Bagian –bagian organel sel tumbuhanmeliputi:
a.    Dinding Sel
Dinding sel merupakan salah satu ciri sel tumbuhan yang membedakannya dari sel hewan. Dinding ini melindungi sel tumbuh¬an, mempertahankan bentuknya, dan mencegah penghisapan air secara berlebihan. Pada tingkat keseluruhan tumbuhan, dinding yang kuat yang terbuat dari sel khusus mempertahan¬kan tumbuhan agar tegak melawan gaya gravitasi.
Sel tumbuhan muda pertama-tama mensekresi dinding yang relatif tipis dan lentur yang disebut dinding sel primer. Di antara dinding-dinding primer sel-sel yang berdekatan terdapat lamela tengah, lapisan tipis yang banyak mengandung polisakarida lengket yang disebut pektin. Apabila selnya telah dewasa dan berhenti tumbuh, sel ini memperkuat dindingnya. Sebagian sel tumbuhan melakukan hal ini hanya dengan mensekresi substansi pengeras ke dalam dinding primernya. Sel lain menambahkan dinding sel sekunder di antara membran plasma dan dinding primer. Dinding sekunder ini, seringkali menumpuk menjadi beberapa lapisan berlamina, memiliki matriks kuat dan tahan lama yang sanggup memberi perlindungan dan dukungan.  (Campbell, 2002).
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgq3KY9ZTR5uoHmurk0uQxyWFWnehblmf6usfxszp1BPnaOeDx_qdwLesTsCOD4GsHhAmdbH5xEk-Dcxxw2M6OMi2Rc5OThefUX9U8C2dhMHacO4iLp1UCVgH8DCwR1YsSXNYyuO4CgSEM/s400/dinding-sel.gif
Dinding sel tumbuhan. Sel muda mula-mula membentuk dinding primer tipis, seringkali ada penambahan dinding sekunder yang lebih kuat di dalam dinding primer ketika pertumbuhan terhenti. Lamela tengah yang lengket melekatkan sel-sel yang berdekatan menjadi satu. Dengan demikian, partisi multilapis di antara sel-sel ini terdiri atas dinding penghubung yang masing-masing disekresikan oleh selnya sendiri (Campbell, 2002).
Dinding sel terdiri dari: lamela tengah, dinding primer dan dinding sekunder. Antara sel-sel yang berdekatan ada lamela tengah yang merekatkan antara dua dinding sei menjadi satu. Lamela tengah terutama terdiri dari Ca-pektat berupa gel. Dinding primer adalah lapisan yang terbentuk selama pembentangan, terdiri dari hemiselulosa, selulosa, pektin, lemak, dan protein. Dinding sekunder biasanya lebih tebal dari dinding primer terutama terdiri dari selulosa dan kadang-kadang lignin, merupakan lapisan yang ditambahkan setelah proses pembentangan dinding sel selesai.
Tidak  semua   bagian   dinding   sel   mengalami   penebalan   dan  terisi   plasma (plasmodesmata).  Dinding primer memilki sejumlah daerah penipisan yang disebut noktah. Daerah ini memiliki plasmodesmata dengan kerapatan tinggi. Plasmodesmata adalah jalinan  benang sitoplasma  tipis yang  menembus dinding-dinding  sel yang bersebelahan, menghubungkan protoplas sel yang berdampingan. Dengan demikian dinding    sel    menjadi    berlubang-lubang    yang    memungkinkan senyawa kimia melewatinya.
Dinding sel yang berbatasan langsung dengan udara luar sering dilapisi kutin dan suberin (kutikula). Lapisan ini tidak seluruhnya tertutup rapat sehingga masih memungkinkan senyawa kimia melewatinya. Dinding sel berfungsi untuk memberi kekuatan mekanik sehingga sel mempunyai bentuk tetap serta memberi perlindungan terhadap isi sel, dan karena sifat hidrofilnya dapat mengadakan imbibisi air serta meneruskan air dan senyawa yang larut di dalamnya ke protoplas (Hasnunidah, 2007).

b. Protoplas
Protoplas merupakan bagian yang hidup dari sel tumbuhan, meskipun di dalamnya juga terdapat berbagai senyawa anorganik. Protoplas terdiri dari empat bagian utama, yaitu: sitoplasma, nukleus, vakuola dan bahan ergastik.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2nz3UgfVCWguzc2K4yFLnkBha7gS3HDCGf0iDs6d2Is2VCLpTfe1x0ZfdV6g6uN4jy8I075FfuGFb4fVA9gyF-2tOIrWapBJihtBL1YK0QdqsFE6R9Ste3S6Hr7pHnMQV-kSIzIo545Y/s400/struktur-sel-tumbuhan.gif
c. Sitoplasma
Sitoplasma merupakan bagian sel yang kompleks, suatu bahan cair yang mengandung banyak molekul, diantaranya berbentuk suspensi koloid dan organel-organel yang bermembran. Sitoplasma dan nukleus secara bersama-sama disebut protoplasma. Beberapa sel tumbuhan juga memiliki juga zat-zat murni yang tidak hidup disebut bahan ergastik, seperti: kalsium oksalat, benda-benda protein, gum, minyak, resin.
Sistem endomembran dalam Sitoplasma meliputi retikulum endoplasma, badan Golgi, selimut inti, dan organel sel serta membran lain (badan mikro, sferosom dan membran vakuola) yang berasal dari retikulum endoplasma atau badan Golgi. Sedangkan membran plasma dianggap satuan yang terpisah, meskipun tumbuh melalui penambahan sejumlah kantung yang berasal dari badan Golgi.
Mitokondria dan plastida yang diselimuti oleh selapis membran yang halus dan membran dalam yang melekuk-lekuk juga tidak berhubungan dengan sistem membran. Demikian pula ribosom, mikrotubul dan mikrofilamen bukan bagian dari sistem endomembran (Hasnunidah, 2007).

d. Membran Plasma
Membran plasma berfungsi mengatur aliran zat -zat terlarut masuk dan keluar sel, dan mengatur aliran air melalui osmosis. Membran plasma bersifat diferensial permeabel,  artinya dapat melalukan  senyawa  kimia tertentu dan tidak  melalukan senyawa lainnya.
Membran plasma merupakan  lapisan  rangkap lipid dengan bagian: hidrofilik (suka air) molekul lipidnya berada di permukaan. Bagian lipofilik (suka lemak), molekul tersebut menghadap ke dalam lapisan rangkap sehingga menyebabkan adanya ruang yang terang. Molekul protein yang mencakup 50% bahan membran tenggelam di lapisan rangkap itu, dengan satu atau kedua ujung menonjol ke salah satu atau kedua permukaan membran. Kedua permukaan membran berbeda secara khas (Hasnunidah, 2007).
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9SAw8MwHTpH3zKOK6vdgPZIDtUL9mto2Lm22EdPi7VX_bjcqJWM0FBFCr6yUztN70VxE3EJstVlHOT_flGv7Ntce0zYdSRttky7gmU51Te9UzdXxmxbykJPnncO9HqztM5SD5KyYqhZs/s400/membran-sel.gif

e. Retikulum Endoplasma (ER = Endoplasmic Retikulum)
Pada banyak sel, ER menyerupai kantung kempis yang berlipat-lipat (disebut sisternae). ER membentuk sistem angkutan untuk berbagai macam molekul di dalam sel dan bahkan antar sel meialui plasmodesmata. Sejumlah ribosom sering berasosiasi dengan ER dalam hal sintesis protein. ER yang ditempeli ribosom disebut ER kasar. ER halus tak ber-ribosom dan senng berbentuk pipa (Hasnunidah, 2007).

f. Badan Golgi
Dengan mikroskop elektron, badan golgi (diktiosom) terlihat sebagai tumpukan piring pipih yang berongga di dalamnya (sisternae) dengan tepian yang menggelembung dan dikelilingi oleh benda bulat-bulat (vesikel). Badan Golgi berperan dalam pembentukan membran plasma dan mengangkut enzim yang harus dibuat dalam sel, yang akan menentukan reaksi kimia yang terjadi dan menentukan struktur dan fungsi sel (Hasnunidah, 2007).
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJFNv8KyHHY9Ms54uZFBe8N4HRFGwFoc4H4iALMpu0FDCKQB_uZRWrmFESyKv_fAqhsb5gY99Mefvhzck10sqQwje5Vo9XBgUYBH7k5wpSz2R68PnLC7p-BRwTGAzQsXxAcVvYM-i7LQI/s1600/golgi.png 

g. Selimut Inti
Inti (nukleus) dikelilingi oleh dua membran unit yang sejajar yang disebut selimut inti. Ketebalan membran luar sedikit lebih tebal dibanding membran dalam. Keduanya dipisahkan oleh ruang perinukleus. Selimut inti mempunyai banyak pori. Membran dalam dan luar menyatu membentuk pinggiran pori, yang dipertahankan bentuknya oleh suatu bahan sehingga terjadi struktur yang disebut anulus. ER berhubungan dengan selimut inti, sedang ruang perinukleus bersambungan dengan ruang di antara membran sejajar ER (Hasnunidah, 2007).

h. Membran Vakuola atau Tonoplas
Membran vakuola menyerupai plasmalemma, namun berbeda fungsinya dan sering agak lebih tipis. Tonoplas mengangkut zat terlarut keluar-masuk vakuola, sehingga mengendalikan potensial air (Hasnunidah, 2007).
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglmckPaWUIC-zrcCOz_OYPa0KA9DhOAoLq7ALDJHLrNm5WYNilS5tchND_6qbm-QRdEBiuT_8MfIu_bsC7mVdtZ_ASqj63-CgiK-33pKt5DZxLBgaADwfLMkiiEcE-3IPifk00VosZTtE/s1600/tonoplas.gif

i. Badan Mikro
Badan mikro adalah organel bulat yang terbungkus oleh selapis membran, berbutir-butir di sebelah dalamnya, dan kadang disertai kristal protein. Dua jenis badan mikro yang penting adalah peroksisom dan glioksisom yang masing-masing berperan khusus dalam aktivitas kimia sel tumbuhan. Perpksisom menguraikan asam glikolat yang dihasilkan dari fostosintesis, mendaur ulang molekul lain kembali ke kloroplas. Glioksisom menguraikan lemak menjadi karbohidrat selama dan sesudah perkecambahan biji. Hidrogen peroksida hasil reaksi ini juga diuraikan di dalam glioksisom (Hasnunidah, 2007).
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUhNZ081jk2HH00Ig6LV8uO_DS4iompUv_XayNcU1PgTtRcq7orko9oBMP7y2u9__5Hu1OxDZO82Rw6gCG_NGJxIT9_4OFoARRRQY98rvvNEgt0AB3BFYPXRfTZOEVDR3txWZ1wfwsRDA/s1600/peroksisom.jpg 
Gambar 6: Anatomi Peroksisom


j. Sferosom
Sferosom berbentuk bulat dan diselimuti oleh membran unit yang berasal dari ER, berisi bahan berlemak, dan menjadi pusat sintesis dan penyimpanan lemak (Hasnunidah, 2007).

k. Rangka Sel
Berkat perkembangan mikroskop elektron, diketahui bahwa mikrotubul dan mikrofilamen berprotein terdapat di hampir semua sel tumbuhan eukariotik. Bersama-sama dengan benang-benang penghubung membentuk tiga sistem rangka sel yang berlainan tapi terintegrasi dengan baik. Mikrotubul adalah silinder panjang yang berongga terdiri dari molekul protein bundar yang disebut tubulin. Fungsi mikrotubul diduga berkenaan dengan gerak yang mengarah , khususnya di kromosom saat sel membelah atau di organel sel. Gerak itu meliputi pengendalian arah mikrofibril selulosa pada dinding sel atau gerak sel itu sendiri.
Mikrofilamen merupakan stuktur padat yang lebih kecil, yang bertindak sendiri atau bersama-sama dengan mikrotubul untuk menggerakkan sel. Mikrofilamen terdiri dari protein aktin yang juga menjadi kandungan utama jaringan otot hewan. Fungsi lain mikrofilamen adalah mengatur arah aliran sitoplasma, kalau arah mikrofilamen berubah maka berubah juga arah aliran sitoplasma (Hasnunidah, 2007).
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4-i2iyvuBr-hrbn7yxaw9vDchVRzzYXYN-2J81qOGdal3UU0oYUcH6zhB9RGrt2ucjdTJiFFzRQV1njSmaMwvgnJKGIhN3gIDClZvZ6px3pfQ4wt8mbEFcGtaUkq0oWMCOdSMFskFEcU/s400/rangka-sel.gif


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4aVBnhWSmzJa67GhLYvh3_6hwWzOgTXvTmWBgYIs3NXS-GZ8Fqnzk-v-3O88w5sqvqwBIQjZHYiZyQ7lU-yPKIeaKuKyTNDy4GdM4cN-7FyW_eB7NRgdGFg3B1WRE7u3GG3DoNr2s1eE/s400/sitoskelet.gif




l. Ribosom
Sintesis protein merupakan fungsi sel yang vital yang berlangsung di ribuan ribosom. Ribosom tersebar di sitoplasma atau bergabung dengan ER kasar di dalam sel, dan selalu di membran rangkap ER di sisi sitosol. Ribosom juga menempel di membran luar selimut inti di sisi sitosol. Ribosom nampak sebagai bintik hitam pada mikrograf elektron. Sering juga membentuk rantai seperti untaian, khususnya dalam pola spiral (terpilin). Struktur ini dinamakan poliribosom atau polisom. Dalam ribosom, informasi genetik dari mRNA diterjemahkan menjadi protein (Hasnunidah, 2007).
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjHxdy-44DbKp4tDWRxZojl8gFbWFJeI_wy22N-25oNrKK2LHXQCLQKssqkyjZ9qf4Szk40Tq5wlapbt9uuj0xvze5I-7FLywCqTqP5VBrfd5qv7KD4i5ElhjH1GnwSxKgSX1lc8NPY-1U/s320/ribosome01.gif
Gambar 9. Ribosom.
Ribosom terdiri dari subunit besar dan kecil yaitu rRNA dan protein. Setiap subunit disintesis di dalam nukleolus dan dikeluarkan melalui pori nukleus ke dalam sitoplasma (Johnson, 2000).
Ribosom merupakan tempat sel membuat protein. Sel yang memiliki laju sintesis protein yang tinggi secara khusus memiliki jumlah ribosom yang sangat banyak. Ribosom bebas tersuspensi dalam sitosol, sementara ribosom terikat dilekatkan pada bagian luar jalinan membran yang disebut retikulum endoplasmik. Sebagian besar protein yang dibuat oleh ribosom bebas akan berfungsi di dalam sitosol; contohnya ialah enzim-enzim yang mengkatalisis proses metabolisme yang bertempat di dalam sitosol (Campbell, 2002).

m. Mitokondria
Pada mikroskop cahaya, mitokondria terlihat seperti bulatan, batang atau kawat kecil yang beragam bentuk dan ukurannya. Terbungkus membran rangkap, permukaan luarnya berlubang-lubang sedang permukaan dalamnya membentuk tonjolan-tonjolan (kristae) yang masuk ke dalam stroma. Membran dalam membungkus matriks, dan banyak enzim yang mengendalikan berbagai tahap dalam respirasi sel khususnya dan metabolisme umumnya ditemukan di sana atau di dalam matriks. Mitokondria memiliki DNA dan ribosom kecil di dalam matriksnya, sehingga mampu mensintesis porteinnya sendiri (Hasnunidah, 2007).
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihqqUcHBqqnZI_3PFFdl3NF-hBuMNXN6ymmdz487xmATJ3TqBc9-FC6jyohbfTZ_x1GAhoSdI9r0-BOs9uvx_SDdUdQTkaBdgfc8hndLRW4-dVzSr1H8QLEvw5n7wBJK5z8x6bzja17Qc/s400/mitokondria.gif


n. Plastida
Plastida adalah organel berbentuk lensa yang terdapat pada semua sel tumbuhan, diselimuti oleh sistem membran rangkap. Plastida mengandung DNA dan ribosom yang terbenam dalam matriks cair yang disebut stroma. Plastida terbentuk dari hasil pembelahan plastida terdahulu atau sebagai hasil diferensiasi proplastida. Plastida tak berwarna disebut leukoplas, contohnya: amiloplas yang mengandung butir-butir padi atau proteinoplas yang mengandung protein cadangan. Ada dua macam plastida berwarna, yaitu kloroplas yang mengandung klorofil dan berbagai pigmen yang menyertainya, dan kromoplas yang mengandung pigmen lain (karotenoid). Plastida terpenting adalah kloroplas, karena menjadi tempat berlangsungnya fotosintesis.
Kloroplas mengandung suatu sistem mebran yang bernama tilakoid, yang sering sambung-menyambung membentuk tumpukan membran yang disebut grana. Grana terbenam dalam stroma. Enzim yang mengendalikan fotosintesis terdapat di membran tilakoid dan di stroma (Hasnunidah, 2007).

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzaPtjckYBVldN_XqlEu65raqqtdrHRJyu24EUOnaiLZGY29owrYf4ZpMCvT79mGHcrZtJ9zpoCLENteZwV5P2O5Adx2eo1IbBvTowhn46eDnMuuSMXJFw1abA38BnmsgGFSboWv0skE4/s320/kloroplas.jpg 
Gambar 11: Kloroplas

o. Nukleus
Nukleus merupakan pusat kendali pada sel tumbuhan eukariotik. Nukleus mengendalikan seluruh fungsi sel dengan menentukan berbagai reaksi kimia dan juga struktur dan fungsi sel. Nukleus merupakan organel berbentuk bulat atau memanjang yang terbungkus selimut inti. Plasma nukleus (nukleoplasma) berbutir-butir merupakan sistem koloid, mengandung kromatin yang pada pembelahan sel berubah menjadi kromosom. Fungsi kromosom adalah membentuk m-RNA yang mengatur sintesis protein. Di dalam plasma nukleus juga terdapat nukleolus yang jumlahnya tiap sel khas untuk tiap jenis. Nukleolus itu padat, bentuknya tak beraturan, merupakan massa serat dan butiran, dan berwarna gelap. Fungsi nukleolus adalah untuk sintesis r-RNA dan ribosom (Hasnunidah, 2007).
Nukleus mengandung sebagian besar gen yang mengontrol sel eukariotik (sebagian gen terletak di dalam mitokondria dan kloroplas). Nukleus ini umumnya merupakan organel yang paling mencolok dalam sel eukariotik, rata-rata berdiameter 5 µm. Di dalam nukleus, DNA diorganisasikan bersama dengan protein menjadi materi yang disebut kromatin. Kromatin yang diberi warna tampak melalui mikroskop cahaya maupun mikros-kop elektron sebagai massa kabur. Sewaktu sel bersiap untuk membelah (bereproduksi), kromatin kusut yang berbentuk benang akan menggulung (memadat), menjadi cukup tebal untuk bisa dibedakan sebagai struktur terpisah yang disebut kromosom. Nukleus ini mengontrol sintesis protein dalam sitoplasma dengan cara mengirim mesenjer molekuler yang berbentuk RNA.  (Campbell, 2002).

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgL0AugZ8rcyu47cJ16eIKLVynO8xy1hmSQ86dzNtSyqkdr3YjfQf9r8EcKJvRb0cryL-90esSKl7PSvAn2aOLC5be5NvyM_ZySHlHsYCXaRF8LmzMkAH3PShKVOF7CtX8x2XN7eh_MoNc/s320/Untitled-1.gif 
Gambar 12: Nukleus

p. Vakuola
Badan khas di sel tumbuhan selain dinding sel dan plastida adalah vakuola. Vakuola mengerjakan beberapa fungsi. Bentuk dan ketegangan jaringan yang hanya memiliki dinding primer adalah akibat adanya air dan bahan terlarut yang menekan dari dalam vakuola. Tekanan tersebut timbul karena osmosis. Konsentrasi bahan terlarut di dalam vakuola cukup tinggi, termasuk garam-garam, molekul-molekul organik kecil, beberapa protein (enzim) dan molekul-molekul lainnya. Beberapa vakuola mengandung pigmen yang menimbulkan warna pada banyak bunga atau dauh. Pada beberapa bagian tumbuhan, vakuola dapat mengandung bahan-bahan yang mungkin berbahaya bagi sitoplasma.
Sel muda yang aktif membelah di titik tumbuh batang dan akar mempunyai vakuola sangat kecil. Sebagian besar terbentuk dari ER, lalu tumbuh bersama sel, mengambil air secara osmosis dan bergabung satu sama lain. Sel dewasa sering memiliki vakuola yang mengisi 80-90% atau lebih volume sel, dan protoplasmanya tersisiih hingga hanya berupa lapisan tipis di antara tonoplas dan plasmalemma. Beberapa sel yang aktif membelah juga dapat bervakuola besar (Hasnunidah, 2007).

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlMAiSW-GZEEstyh5CUTwQaoejrkMefYTfvhKB7wDqeCq2tX_nqilzzcShqtCxo27FXtNpHhJ27hydRwJYpDwPSvcTVLNc-Jf4uhYD6eDpBI5FhBo8ckkvC88RCOff2dUAaGKIoz6ANg0/s400/vacuole%255B5%255D.jpg 
Gambar 13: Vakuola



BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
            Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pembuatan paper ini yaitu:
ü Sel tumbuhan adalah bagian terkecil dari setiap organ tumbuhan itu atau dengan kata lain sel tumbuhan merupakan penggerak dari tumbuhan itu
ü Organel sel tumbuhan berbeda halnya dengan organel sel hewan dan bakteri. Letak perbedaannya misalnya pada dinding sel yang dimiliki oleh tumbuhan sedangkan pada hewan dan bakteri tidak ditemukan
ü Tumbuhan terdiri atas sel yang memiliki nukleus yang terbungkus oleh membran atau struktur serupa tapi tanpa membran
ü Sel tumbuhan memiliki beberapa jenis organel yang terbungkus membran, misalnya kloroplas, mitokondria, nucleus, dan vakuola
ü Sebagian besar sel tumbuhan eukariotik diselimuti oleh dinding sel

3.2. saran
            Adapun saran yang ingin saya sampaikan dalam pembuatan paper mengenai organel-organel sel tumbuhan ini yaitu “supaya dalam pembuatan paper fisiologi tumbuhan mengenai organel-organel sel tumbuhan ini dapat menyediakan bahan yang lebih luas supaya mahasiswa dapat mengerti dengan yang dikatakan organel sel tumbuhan yang akan menyebabkan kelancaran dalam proses belajar”.
DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2015. http://id.m.wikipedia.org/organel_organel_sel_tumbuhan.  diakses tanggal 7 maret 2015.
Campbell. 2002. Biologi. Erlangga. Jakarta.
Lakitan, Benyamin. 2001. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Salibury. Fisiologi Tumbuhan . ITB. Bandung.
Sutrian, Yayan. 1992. Pengantar Anatomi Tumbuhan Tentang Sel Dan Jaringan. Rineka cipta. Jakarta.