BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman
merupakan salah satu organisme yang mampu melakukan perkembangbiakan guna
mempertahan jenisnya serta memperbanyak diri. Ada dua cara perkembangbiakan
tanaman yaitu perkembangbiakan secara generatif dan secara vegetatif.
Perkembangbiakan secara generatif, pada umumnya menggunakan biji untuk
perbanyakannya sehingga didapatkan hasil yang kurang memuaskan dan
membutuhkan waktu yang relatif lebih lama. Sedangkan perkembangbiakan secara
vegetatif adalah perkembangbiakan dengan menggunakan organ vegetatif misalnya
akar, batang, daun, pucuk dan umbi.
Dasar dari
pembiakan vegetatif adalah pembiakan secara tidak kawin (asex) dimana ada
kesanggupan tanaman untuk membentuk kembali (regenerasi) jaringan dan bagian
lainnya. Ada beberapa alasan yang utama adalah bahwa ada banyak tanaman yang
mempunyai sifat yang tidak sama dengan induknya apabila dibiakkan dengan
menggunakan biji dari tanaman yang dimaksudkan. Pembiakan vegetatif dapat
terjadi secara alamiah maupun dengan cara sengaja dibuat oleh manusia. Banyak
cara yang dapat dilakukan untuk membiakkan tanaman secara vegetatif. Pemilihan
cara ini dapat terjadi tergantung kepada jenis tanaman dan tujuan dari
pembiakan.
Untuk
memperoleh tanaman yang sama sifatnya dengan induknya, maka pembiakan vegetatif
mempunyai peranan penting terutama bagi tanaman yang sukar dibiakkan dengan
biji. Oleh karena itu maka dalam rangka usaha memperoleh tanaman yang mempunyai
sifat yang sama dengan induknya dalam waktu yang relatif singkat maka m pembiakan
vegetatif perlu diperhatikan salah satunya adalah dengan cara perbanyakan
tanaman dengan “okulasi”.
Okulasi atau
budding adalah teknik memperbanyak tanaman secara vegetatif dengan cara
menggabungkan dua tanaman atau lebih. Dalam praktikum ini sangat penting
dilakukan oleh setiap mahasiswa Fakultas Pertanian UNIKA ST. Thomas SU, untuk
menghasilkan Sarjana ynag memiliki keahlian dalam membiakkan tanamnan secara
Vegetatif.
1.2 Tujuan
Adapun
tujuan dari pelaksanaan percobaan praktikum pembiakan vegetatif tentang okulasi
Tanaman Kakao ini adalah untuk “Mempelajari cara melakukan berbagai perbanyakan
vegetatif dengan okulasi pada berbagai tanaman”.
BAB II TEORI
Okulasi atau
budding adalah teknik memperbanyak tanaman secara vegetatif dengan cara menggabungkan
dua tanaman atau lebih. Penggabungan dilakukan dengan cara mengambil mata tunas
dari cabang pohon induk lalu dimasukkan atau ditempelkan dibagian batang bawah
yang sebagian kulitnya telah dikelupas (membuat jendela) dengan membentuk huruf
T tegak, T terbalik, H, U tegak dan U terbalik. Tempelan kedua tanaman tersebut
diikat selama beberapa waktu sampai kedua tanaman bergabung menjadi satu
tanaman baru. Menyatukan kedua tanaman ini setelah tumbuhnya kallus dari kedua
tanaman tersebut. Pengelupasan kulit batang bawah dan pengambilan mata tunas
(entres) harus menggunakan pisau okulasi (Sipayung, 2015).
Teknik
okulasi merupakan teknik penempelan mata tunas dari tanaman batang atas ke
batang bawah yang keduanya bersifat unggul. Dalam okulasi batang bawah disebut
rootstoc dan batang atas disebut entres. Dengan cara ini akan terjadi
penggabungan sifat-sifat baik dari dua tanaman dalam waktu yang relatif pendek
dan memperlihatkan pertumbuhan yang seragam. Tujuan utama membuat bibit okulasi
adalah agar produksi bisa lebih tinggi. Pada proses pengokulasian ini terdapat
dua bagian yang penting yaitu batang atas dan batang bawah. Kriteria batang
bawah untuk dijadikan sebagai bahan okulasi adalah merupakan induk yang
diperoleh dari pembiakan generatif yang masih muda. Sedangkan untuk batang atas
bagian tanaman yang diambil adalah yang sudah tua. Tanaman batang atas harus
diketahui asalnya untuk mempermudah menentukan hasil akhir okulasi serta bagian
atas yang diambil memiliki empat payung,pucuk tanaman dalam keadaan tua (Parto
Rahardja dan Wahyu Wiryanta, 2003).
Prinsip dari
okulasi adalah melekatnya kambium suatu jenis tanaman dengan jenis tanaman lain
agar berpadu satu dan hidup. Okulasi sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan.
Karena pada saat ini kambium dapat mempertahankan diri tidak segera menjadi
kering., demikian pula dengan mata tunas yang ditempelkan. Sedangkan pada musim
kemarau, mata tunas yang dikerat harus segera ditempelkan ke batang yang
sebelumnya sudah dibuat pada pola keratannya. Untuk okulasi yang dilakukan pada
batang bawah, biasanya dipilih dari jenis tanaman varietas lokal yang sudah
berumur sekitar 1 tahun, dan yang memiliki pertumbuhan baik, sehat serta
memiliki kulit batang yang mudah dikelupas (Zainal Abidin, 2001).
Pada
budidaya kakao, bibit kakao yang yang terbaik adalah yang berasal dari klon
unggul dan diperbanyak dengan cara vegetatif sehingga secara genetik
sifat-sifat unggul yang diinginkan tetap dapat dipertahankan. Teknik
perbanyakan tanaman dengan cara vegetatif yang lazim digunakan pada komoditas
kakao adalah dengan cara okulasi, meskipun terdapat beberapa teknik perbanyakan
vegetatif lainnya seperti sambung dan kultur jaringan. Seperti halnya okulasi
pada tanaman perkebunan lainnya (karet, kopi, dll.), okulasi pada tanaman kakao
bertujuan menempelkan mata entres dari klon unggul tertentu yang diinginkan
sifat-sifatnya kepada batang bawah. Untuk melakukan okulasi kakao (coklat),
yang pertama perlu diperhatikan adalah sumber mata entres (kayu olulasi) harus
berasal dari klon/varietas yang unggul. Selanjutnya sumber entres harus
berkualitas baik yaitu berwarna coklat (tidak terlalu tua dan tidak terlalu
muda) serta mata entres yang akan diambil dalam keadaan baik (nampak jelas).
Kayu okulasi dapat berasal dari 2 (dua) jenis cabang yaitu ortotrop dan
plagiotrop. Tanaman yang dihasilkan dari okulasi tunas ortotrop pada umumnya
habitus baik, tanaman berjorget, tanaman tinggi besar dan percabangan teratur
serta lebih lambat berbunga/berbuah. Sedangkan tanaman yang dihasilkan dari okulasi
tunas plagiotrop pada umumnya habitus pendek, percabangan mulai dari permukaan
tanah dan tanaman cepat berbuah (Anonimus, 2015).
Keuntungan
dari mengenten ataupun okulasi diantaranya tanaman dapat berproduksi lebih
cepat, hasil produksi dapat sesuai dengan keinginan tergantung batang atas yang
digunakan. Sebagai contoh anda memiliki dua jenis rambutan, ada yang rasanya
manis tetapi tidak tahan terhadap genangan air (akar membusuk) dan disisi lain
ada rambutan yang masam namun tahan terhadap genangan air. Jenis ini dapat
dipadukan, bagian atas tanaman dipilih yang rasanya manis dan bagian bawah
dipilih yang tahan genangan air sehingga dapat dihasilkan rambutan yang manis
dan tahan pada daerah yang tergenang. Kelemahan dari perbanyakan tanaman secara
vegetatif dengan cara okulasi yaitu: Terkadang suatu tanaman hasil okulasi ada
yang kurang normal terjadi karena tidak adanya keserasian antara batang bawah
dengan batang atas (entres) perlu menggunakan tenaga ahli untuk pengokulasian
ini. Bila salah satu syarat dalam kegiatan pengokulasian tidak terpenuhi
kemngkinan gagal atau mata entres tidak tumbuh sangat besar (Anonimus, 2005).
BAB III BAHAN DAN METODA SERTA PELAKSANAAN OKULASI
3.1 Tempat dan waktu Praktikum
Pembiakan Vegetatif dengan Cara
Okulasi ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 8 Mei 2015 pukul 14.00 WIB –
15.30 WIB, bertempat di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas
Katolik Santo Thomas Sumatera Utara, Medan.
3.2 Bahan
dan Alat
3.2.1 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam
praktikum pembiakan vegetatif tentang Okulasi ini yaitu:
1. Tanaman kakao (Theobroma cacao)
2. Tanah top soil
3. Pestisida
4. Air
3.2.2 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam
praktikum pembiakan vegetatif tentang Okulasi ini yaitu:
1. Polybag
2. Gembor
3. Plastik Pengikat
4. Plastik Pembungkus
5. Pisau Okulasi/Cutter
3.3 Prosedur
Pelaksanaan Okulasi
Adapun
prosedur percobaan yang dilakukan dalam praktikum pembiakan vegetatif tentang
okulasi ini yaitu:
1. Tanaman
yang akan diokulasi adalah tanaman kakao
2. Sebagai
batang bawah disiapkan tanaman kakao lain yang tumbuh didalam polybag setinggi
± 50 cm
3. Tanaman
kakao yang akan dijadikan sebagai calon batang atas (entress) juga disiapkan.
Calon batang atas mata tunas dari tanaman kakao dari tanaman lain
4. Kulit
batang bawah dikerat selebar ± 0,5 – 1 cm dengan panjang ± 2 cm berbentuk
persegi panjang atau jendela
5. Kulit dibuka dari batang tetapi tidak sampai
terlepas dari batang dan sebagian lidah kupasan dibuang (±2/3 bagian)
6. Masing-masing
entris yang ada mata tunasnya diambil dari calon batang atas
7. Ujung
bawah mata tunas diselipkan pada bagian ujung lidah yang tersisa pada batang
bawah dan kemudian diikat ddengan tali plastik yang transparan. Mata tunas diusahakan
tidak ikut terbungkus
8. Keberhasilan
okulasi ditunggu selama tiga minggu dan selama itu dilakukan penyiraman setiap
hari
BAB IV HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil : Data Terlampir
4.2
Pembahasan
Pada praktikum pembiakan vegetatif
tentang okulasi yang telah dilaksanakan tanaman yang digunakan adalah tanaman
Kakao (Theobroma cacao). Dalam pelaksanaan praktikum perbanyakan vegetatif
tentang okulasi ini sangatlah banyak yang perlu untuk diperhatikan. Hal yang
paling utama yang harus diperhatikan dalam praktikum ini adalah penentuan atau
penggunaan entres yang akan digunakan sebagai batang atas. Hal ini menjadi
sangat penting karena untuk keberlangsungan hidup/tumbuh tanaman baru nantinya
adalah tanaman atas atau entres yang digunakan saat mengokulasi. Dalam hal ini,
maka entres yang digunakan adalah entres yang berasal dari tanaman yang memang
satu varietas dengan tanaman bawah. Hal ini dilakukan karena pada dasarnya
memang tanaman yang berasal dari satu marga/famili yang sama akan dapat menyatu
jika disatukan. Sebaliknya jika jenis tanaman bawah berbeda dengan jenis
tanaman entres yang digunakan (beda famili) maka tanaman yang kita satukan
tersebut tidak akan pernah bersatu. Selain hal tersebut, masih ada hal yang
perlu diperhatikan dalam pelaksanaan praktikum ini. Hal yang tidak kalah
pentingnya yang harus diperhatikan dalam praktikum ini adalah bahwa tanaman
batang bawah memang sudah harus dalam keadaan siap pakai. Keadaan siap pakai
pada batang bawah dapat dilihat dari daun yang berada dipucuk tanaman batang
bawah haruslah sudah dalam keadaan tua (berwarna hijau).
Dari praktikum pembiakan vegetatif
tentang okulasi yang telah dilakukan (dengan menggunakan tanaman kakao)
diperoleh hasil yang kurang baik. Dikatakan kurang baik karena dari dua kali
percobaan yang telah dilakukan kedua-duanya tidak ada yang hidup. Banyak hal
yang kemungkinan terjadi yang menyebabkan kedua percobaan yang telah dilakukan
menunjukkan hasil yang tidak bagus tersebut. Kesalahan yang paling besar
mungkin terjadi dalam hal ini yaitu terdapat dalam pelaksanaan percobaan
(terutama dalam mengikat/membyngkus tanaman). Dalam pengikatan, tidak jarang
praktikan (termasuk saya sendiri) sangat kurang berhati-hati dalam
melaksanakannya. Dalam hal mengikat/membungkus tanaman praktikan sering kali
membuat tanaman banyak bergoyang/tergoyang, sehingga kemungkinan dalam hal ini
entres yang sebelumnya telah dilengketkan pada jendela dengan posisi yang tepat
menjadi bergeser. Selain kesalahan dalam hal pelaksanaan percobaan, kesalahan
yang mungkin terjadi yang mengakibatkan tanaman yang di okulasi tidak hidup
adalah dalam hal perawatan/penjagaan tanaman. Tidak jarang dalam menjaga
tanaman praktikan kurang berhati-hati atau dapat dikatakan kurang memperhatikan
tanaman. Dalam hal ini dapat terlihat dari ketidak rutinan praktikan untuk
menyiram tanaman yang di okulasi. Hal ini sangatlah berpengaruh terhadap
keberhasilan percobaan yang dilakukan, karena pada dasarnya memang tanaman
batang bawah sangat membutuhkan pasokan air yang cukup untuk keberlangsungan
hidupnya.
BAB V KESIMPULAN
Dari praktikum pembiakan vegetatif
tentang okulasi yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
ü Keberhasilan
dari suatu perbanyakan vegetatif tentang okulasi sangat ditentukan dari tanaman
yang digunakan harus dari famili yang sama (antara batang bawah dan entres)
ü Syarat yang
harus dipenuhi oleh tanaman batang bawah yaitu bahwa tanaman batang bawah harus
dalam keadaan tidak sedang flus atau daun termudanya masih berwarna merah
(dalam hal ini adalah kakao)
ü Batang bawah
yang digunakan dalam okulasi harus memiliki perakaran yang kuat (tunggang)
sehingga diutamakan dari hasil pembiakan secara generatif
ü Tanaman
batang atas (entres) yang akan digunakan harus memang berasal dari tanaman atau
cabang yang unggul (produksi tinggi) karena akan digunakan sebagai tanaman
utama (individu baru)
ü Banyak hal
yang mengakibatkan ketidakberhasilan dari suatu percobaan okulasi yang
diantaranya dalam hal penempelan entres pada batang bawah dan juga dalam hal
pemeliharaan media tanam
DAFTAR
PUSTAKA
Anonimus.
2015. http://id.m.wikipedia.org/wiki/perkembangbiakan_vegetatif. diakses
tanggal 15 juni 2015.
Rahardja,
Parto dan Wahyu Wiryanta. 2003. Aneka
Cara Memperbanyak Tanaman. Agromedia Pustaka. Bandung.
Sipayung,
Patricius. 2015. Penuntun Praktikum
Pembiakan Vegetatif. Fakultas Pertanian Universitas Katolik Santo Thomas
Sumatera Utara. Medan.
Zainal.
2001. Dasar – dasar tentang Pembiakan
Vegetatif. Angkasa Pustaka. Bandung.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman
merupakan salah satu organisme yang mampu melakukan perkembangbiakan guna
mempertahan jenisnya serta memperbanyak diri. Ada dua cara perkembangbiakan
tanaman yaitu perkembangbiakan secara generatif dan secara vegetatif.
Perkembangbiakan secara generatif, pada umumnya menggunakan biji untuk
perbanyakannya sehingga didapatkan hasil yang kurang memuaskan dan
membutuhkan waktu yang relatif lebih lama. Sedangkan perkembangbiakan secara
vegetatif adalah perkembangbiakan dengan menggunakan organ vegetatif misalnya
akar, batang, daun, pucuk dan umbi.
Dasar dari
pembiakan vegetatif adalah pembiakan secara tidak kawin (asex) dimana ada
kesanggupan tanaman untuk membentuk kembali (regenerasi) jaringan dan bagian
lainnya. Ada beberapa alasan yang utama adalah bahwa ada banyak tanaman yang
mempunyai sifat yang tidak sama dengan induknya apabila dibiakkan dengan
menggunakan biji dari tanaman yang dimaksudkan. Pembiakan vegetatif dapat
terjadi secara alamiah maupun dengan cara sengaja dibuat oleh manusia. Banyak
cara yang dapat dilakukan untuk membiakkan tanaman secara vegetatif. Pemilihan
cara ini dapat terjadi tergantung kepada jenis tanaman dan tujuan dari
pembiakan.
Untuk
memperoleh tanaman yang sama sifatnya dengan induknya, maka pembiakan vegetatif
mempunyai peranan penting terutama bagi tanaman yang sukar dibiakkan dengan
biji. Oleh karena itu maka dalam rangka usaha memperoleh tanaman yang mempunyai
sifat yang sama dengan induknya dalam waktu yang relatif singkat maka m
pembiakan vegetatif perlu diperhatikan salah satunya adalah dengan cara
perbanyakan tanaman dengan “Sambung (grafting)”.
Dalam
praktikum pembiakan vegetatif mengenai sambung ini sangatlah bermanfaat bagi
setiap praktikan sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Katolik Santo
Thomas Sumatera Utara. Dalam praktikum ini praktikan akan mengerti bagaimana
cara melakukan pembiakan vegetatif dengan cara sambung.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan
percobaan praktikum pembiakan vegetatif tentang sambung (grafting) ini yaitu untuk
“Mempelajari cara melakukan berbagai perbanyakan vegetatif dengan sambung
(grafting) pada berbagai tanaman”.
BAB II TEORI
Sambung
adalah salah satu teknik perbanyakan vegetatif dengan menyambungkan atau
menyisipkan batang atas ke batang bawah. Batang bawah yang digunakan biasanya
berasal dari biji, setek bahkan tanaman yang sudah tua untuk diremajakan atau
diganti dengan varietas baru. Prinsip melakukan teknik sambung adalah kecocokan
atau kompatibel antara batang atas dengan batang bawah. Waktu penyambungan
harus tepat, cabang entres atau cabang yang kulitnya bermata tunas tumbuh kekar
dan sehat. Waktu penyambungan sebaiknya dilakukan ketika pucuk batang atas
dalam keadaan sempurna artinya pucuk belum pecah tetapi daun mudanya sudah
mengeras (Sipayung, 2015).
Menyambung
atau mengenten merupakan penggabungan batang bawah dengan batang atas dari
tanaman yang berbeda sedemikian rupa sehingga terjadi penyatuan, dan kombinasi
ini akan terus tumbuh membentuk tanaman baru. Terjadinya penyatuan ini disebabkan
oleh menyatunya kambium batang bawah dan kambium batang atas. Pada dasarnya
sangat banyak teknik sambung yang dapat kita gunakan tergantung dari berbagai
macam tanaman yang akan kita jadikan media untuk perkembangbiakannya. Sambung
pucuk adalah penyatuan pucuk (sebagai calon batang atas) dengan batang bawah
sehingga terbentuk tanaman baru yang mampu saling menyesuaikan diri secara
kompleks (Rini Widyayanto, 2007).
Metoda
sambung atau grafting memiliki keunggulan dan kelemahan, beberapa keuntungan
dalam perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan teknik ini dintaranya, a.
Memperoleh keuntungan dari batang bawah tertentu, seperti perakaran kuat,
toleran terhadap lingkungan tertentu, b. Mengubah kultivar dari tanaman yang
telah berproduksi, yang disebut top working. c. Mempercepat kematangan
reproduktif dan produksi buah lebih awal, d. mempercepat pertumbuhan tanaman
dan mengurangi waktu produksi, e. Mendapatkan bentuk pertumbuhan tanaman khusus
dan. f. Memperbaiki kerusakan pada tanaman (Anonimus, 2015).
Menyambung atau enten, yang telah di
kenal dan dipraktikan sejak beberapa abad, adalah suatu cara menyambung
potongan suatu tanaman pada batang yang telah berakar dari suatu tanaman lain.
Beberapa cara pembiakan aseksual lain, pada potongan yang disambungkan tidak
terjadi regenerasi organ-organ baru tetapi merupakan suatu kesatuan dengan
batang yang berakar tadi. Batang berakar tempat potongan di sambungkan di sebut
tanaman bawah. Akar kadang-kadang juga digunakan sebagai tanaman bawah.
Potongan-potongan yang disambungkan disebut tanaman atas, atau tunas okulasi.
Seluruh bagian atas dari tanaman bawah dibuang dan digantikan dengan tunas
okulasi atau tanaman bawah. Banyak jenis tanaman buah-buahan yang sukar di
perbanyak dengan setek, runduk, anakan dan cangkok, tetapi mudah di perbanyak
dengan penyambungan dan penyusunan, misalnya pada manggis, belimbing dan
sebagainya (Rahardja, 2003 ).
Walaupun
pembiakan vegetatif melalui teknik grafting (sambung) bertujuan untuk
mendapatkan hasil tanaman yang lebih baik dari iniduknya, ternyata ada
kelemahan grafting yang perlu juga diperhatikan. Berikut merupakan beberapa
kelemahan grafting. a. Kelemahannya sulit mendapatkan sambungan batanga atas
dalam jumlah banyak. b. Bagi tanaman kehutanan, kemungkinan jika pohon sudah
besar gampang patah jika ditiup angin kencang. c. Tingkat keberhasilannya
rendah jika tidak cocok antara batang atas dan batang bawah (Indra Gunawan,
2004).
BAB III
BAHAN DAN METODA SERTA PELAKSANAAN SAMBUNG
3.1 Tempat dan waktu Praktikum
Pembiakan Vegetatif dengan Cara
Sambung (Grafting) dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 22 Mei 2015 pukul 14.00
WIB – 15.30 WIB, bertempat di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara, Medan.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam
praktikum pembiakan vegetatif tentang sambung ini yaitu:
1. Polibag
2. Tanaman Durian
3. Air
3.2.2 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam
praktikum pembiakan vegetatif tentang sambung ini yaitu:
1. Cutter
2. Plastik transparan
3.3 Prosedur Pelaksanaan Sambung
(Grafting)
Adapun prosedur percobaan yang
digunakan dalam praktikum pembiakan vegetatif tentang sambung ini yaitu:
1. Sebagi
bahan bawah disiapkan tanaman durian yang telah tumbuh didalam polybag setinggi
± 50 cm sebanyak tiga tanaman
2. Tanaman
durian yang akan dijadikan batang atas juga disiapkan. Diusahakan ukurannya
sama dengan batang bawah
3. Batang bawah dipotong dan disisakan setinggi ±
15 cm dari permukaan polybag, kemudian dibelah sama besar dengan ukuran 3cm - 5
cm
4. Batang
atas yang hendak disambung dipotong dari tanaman induk dengan panjang 10 cm –
16 cm dari pucuknya
5. Pucuk tersebut bagian pangkal kiri dan
kanannya dipotong miring seperti kapak sepanjang 3 cm – 5 cm
6. Pucuk
diselipkan pada batang bawah dan diikat dengan tali plastik
7. Setelah tanaman tersambung sempurna, daun-daun
yang ada dipangkas sehingga dalam satu
tanaman paling banyak terdapat 3 helai daun
8. Tanaman disungkup dengan menggunakan plastik
transparan dan sungkup tersebut juga menutupi sambungan
9. keberhasilan sambungan pucuk ditunggu selama
tiga minggu dan selama itu dilakukan penyiraman setiap hari.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil : Data Terlampir
4.2
Pembahasan
Sama halnya
dengan perbanyakan vegetatif tentang okulasi, perbanyakan vegetatif dengan
sambung juga memiliki cara dan sifat yang mirip, hanya saja dalam hal ini
tanaman batang bawah yang digunakan harus dipotong bagian atasnya. Bukan hanya
pada bagian batang bawah, pada bagian batang atas juga yang digunakan dalam
percobaan ini memang benar-benar potongan dari tanaman batang atas yang akan
digunakan (berbeda dengan okulasi yang hanya menggunakan entres/mata tunas).
Dalam
percobaan ini, secara umum memang lebih sulit jika dibandingkan dengan
perbanyakan vegetatif dengan menggunakan cara okulasi. Dikatakan demikian
karena dalam hal ini masih banyak hal yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaannya. Salah satu yang sangat penting dalam hal ini adalah dapat dilihat
dari segi pembuatan lubang pada batang bawah. Lubang yang harus disediakan pada
batang bawah haruslah sesuai ukurannya dengan potongan yang kita buat pada
batang atas. Selain itu, dalam percobaan ini juga harus memperhatikan ukuran
dari kedua tanaman yang akan disambungkan. Ukuran (diameter) batang atas dengan
ukuran (diameter) batang atas sebaiknya haruslah sama besar (paling tidak
seimbang). Memang adakalanya hal ini sulit untuk ditemukan, tetapi dalam hal
ini tanaman batang bawah tidak boleh lebih kecil dari tanaman batang atas yang
akan disambungkan.
Pada
percobaan yang telah dilakukan (dengan menggunakan bibit durian) hasil yang
ditunjukkan masih kurang baik. Dari dua kali percobaan yang telah dilakukan
perbanyakan vegetatif dengan menggunakan teknik sambung ini secara garis besar
kedua-duanya tidak berhasil (gagal). Pada percobaan pertama yang saya lakukan
memang menunjukkan ciri-ciri kehidupan pada hasil sambung yang saya lakukan
(terlihat dari batang atasnya masih dalam keadaan segar dan berwarna hijau),
namun saat membuka pelastik dan ikatannya tanaman batang atasnya ikut terlepas.
Hal ini mungkin memang kesalahan yang saya lakukan disaat membuka ikatannya
kurang berhati-hati sehingga tanaman batang atasnya juga ikut lepas (karena
memang masih dalam keadaan kurang kuat menyambungnya).
Pada
percobaan yang kedua yang saya lakukan malah menunjukkan hasil yang lebih buruk
dari percobaan yang pertama. Pada percobaan yang kedua hasil percobaan yang
saya lakukan tidak sedikitpun menunjukkan ciri-ciri kehidupan dari batang
atasnya (hal ini dapat dilihat pada batang atasnya yang berwarna hitam).
Kesalahan yang mungkin terjadi dalam hal ini kemungkinan sangat banyak sekali.
Namun jika dibandingkan dengan percobaan pertama yang saya lakukan, maka
kesalahan yang mungkin terjadi pada percobaan yang kedua ini ada pada
penjagaan/pemeliharaan media tanam. Kegagalan ini besar kemungkinannya
diakibatkan karena tanaman batang bawah kekurangan absorbsi air, sehingga
tanaman kurang begitu terhubung/tersambung denga batang atas. Selain kesalahan
tersebut diatas, hal yang mungkin menyebabkan terjadinya kegagalan pada
percobaan yang kedua ini ada pada saat pelaksanaan percobaann bisa dalam saat
pembuatan lubang untuk menyambungkan kedua tanaman. Namun yang paling besar kemungkinan
terjadi kesalahan dalam hal ini adalah ketika saat menyambungkan kedua bagian
tanaman terlalu sering kali dilepas sehingga menyebabkan kedua bagian tanaman
yang akan disambungkan terkontaminasi oleh lingkungan luar yang ada
disekitarnya.
BAB V KESIMPULAN
Dari
praktikum pembiakan vegetatif mengenai sambung ini maka dapat disimpulkan
bahwa:
ü Pembiakan
vegetatif dengan cara sambung tidak jauh berbeda dengan pembiakan vegetatif
dengan cara okulasi yang sama-sama menggunakan batang bawah dan batang atas
ü Sama halnya
dengan okulasi, pada pembiakan vegetatif secara sambung juga menganjurkan
tanaman batang bawah berasal dari pembiakan secara generatif agar perakarannya
kuat
ü Tidak hanya
batang bawah, batang atas yang digunakan dalam pembiakan vegetatif dengan
teknik sambung ini haruslah berasal dari tanaman yang memang benar-benar unggul
(tiggi produksi) karena akan digunakan untuk yang selanjutnya
ü Dalam
pembiakan vegetatif dengan cara sambung harus memperhatikan ukuran (diameter)
dari kedua bagian yang akan disambungkan (kurang lebihnya sama besar)
ü Lubang yang
disediakan/dibuat pada batang bawah haruslah sesuai besarnya denagan potongan
yang dibuat pada tanaman batang atas
ü Pada teknik
sambung ini, kedua bagian tanaman yang akan disambungkan sangatlah sensitif
terhadap pengaruh lingungan disekitarnya (mudah tercemar)
DAFTAR
PUSTAKA
Anonimus.
2015. http://id.m.wikipedia.org/wiki/teknik_menyambung_tanaman. diakses tanggal 15 juni 2015.
Indra,
Gunawan. 2004. Pembiakan Tanaman Dengan
Menyambung. Erlangga. Jakarta.
Rahardja, P.C. 2003. Aneka Cara Memperbanyak Tanaman. Agromedia
Pustaka. Surabaya.
Rini,
Widyayanto. 2007. Pengembangan Vegetatif Menyambung. Gajah Mada Press. Yogyakarta.
Sipayung,
Patricius. 2015. Penuntun Praktikum
Pembiakan Vegetatif. Fakultas Pertanian Universitas Katolik Santo Thomas
Sumatera Utara. Medan.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman
merupakan salah satu organisme yang mampu melakukan perkembangbiakan guna
mempertahan jenisnya serta memperbanyak diri. Ada dua cara perkembangbiakan
tanaman yaitu perkembangbiakan secara generatif dan secara vegetatif.
Perkembangbiakan secara generatif, pada umumnya menggunakan biji untuk
perbanyakannya sehingga didapatkan hasil yang kurang memuaskan dan
membutuhkan waktu yang relatif lebih lama. Sedangkan perkembangbiakan secara
vegetatif adalah perkembangbiakan dengan menggunakan organ vegetatif misalnya
akar, batang, daun, pucuk dan umbi.
Dasar dari
pembiakan vegetatif adalah pembiakan secara tidak kawin (asex) dimana ada
kesanggupan tanaman untuk membentuk kembali (regenerasi) jaringan dan bagian
lainnya. Ada beberapa alasan yang utama adalah bahwa ada banyak tanaman yang
mempunyai sifat yang tidak sama dengan induknya apabila dibiakkan dengan
menggunakan biji dari tanaman yang dimaksudkan. Pembiakan vegetatif dapat
terjadi secara alamiah maupun dengan cara sengaja dibuat oleh manusia. Banyak
cara yang dapat dilakukan untuk membiakkan tanaman secara vegetatif. Pemilihan cara
ini dapat terjadi tergantung kepada jenis tanaman dan tujuan dari pembiakan.
Untuk
memperoleh tanaman yang sama sifatnya dengan induknya, maka pembiakan vegetatif
mempunyai peranan penting terutama bagi tanaman yang sukar dibiakkan dengan
biji. Oleh karena itu maka dalam rangka usaha memperoleh tanaman yang mempunyai
sifat yang sama dengan induknya dalam waktu yang relatif singkat maka m
pembiakan vegetatif perlu diperhatikan salah satunya adalah dengan cara
perbanyakan tanaman dengan “Cangkok”.
Dalam praktikum
pembiakan vegetatif mengenai cangkok ini sangatlah bermanfaat bagi setiap
praktikan sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Katolik Santo Thomas
Sumatera Utara. Dalam praktikum ini praktikan akan mengerti bagaimana cara
melakukan pembiakan vegetatif dengan cara Cangkok.
1.2 Tujuan
Adapun
tujuan dari praktikum pembiakan vegetatif mengenai cangkok ini yaitu:
ü Untuk
mengetahui dan mempelajari cara mencangkok dan untuk mengetahui pertumbuhan
akar cangkokan
ü Untuk
mengetahui pengaruh media cangkokan terhadap pembentukan sistem perakaran.
BAB II TEORI
Mencangkok
merupakan salah satu cara pembiakan vegetatif buatan yangh bertujuan untuk
mendapatkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan induklnya dan cepat
menghasilkan. Pencangkokan dilakukan dengan menyayat dan mengupas kulit di
sekeliling batang. Lebar sayatan tergantung dari jenis tanaman yang akan
dicangkok. Penyayatan dilakukan sedemikian rupa sehingga lapisan kambiumnya
dapat dihilangkan (dengan cara dikikis). Setelah luka yang dibuat cukup kering,
Rootone-F diberikan sebagai perlakuan agar bahan cangkokan cepat berakar. Media
tumbuh yang digunakan terdiri dari tanah dan kompos dan dibalut dengan sabut
kelapa atau plastik. Bila batang diatas sayatan telah menghasilkan sistem perakaran
yang bagus, batang dapat segera dipotong dan ditanam di lapangan (Sipayung,
2015).
Dalam pertanian
mencangkok merupakan salah satu upaya pembiakan tanaman. Pembiakan tanaman
dapat dibedakan menjadi dua yaitu secara vegetatif dan generatif. Tehnik perbanyakan
vegetatif dengan cara pelukaan atau pengeratan cabang pohon induk dan dibungkus
media tanam untuk merangsang terbentuknya akar. Pada tehnik ini tidak dikenal
istilah batang bawah dan batang atas. Tehnik ini relatif sudah lama dikenal
oleh petani dan tingkat keberhasilannya lebih tinggi, karena pada cara
mencangkok akar tumbuh ketika masih berada di pohon induk. Mencangkok adalah
suatu teknik perbanyakan tanaman dengan cara merangsang timbulnya perakaran
pada cabang pohon sehingga dapat ditanam sebagai tanaman baru. Cara merangsang
timbulnya akar tersebut adalah dengan mengupas kulit luar cabang selanjutnya
cabang yang terkupas tadi diberi media tanah (Ashari, 1995).
Beberapa
persyratan yang harus dipenuhi oleh tanaman induk cangkokan adalah sebagi berikut:
(1). Pohon induk tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda; (2). Pohon induk
telah berbunga (untuk tanaman hias) dan telah berbuah sedikitnya tiga kali
(untuk tanaman buah – buahan); (3). Pohon nampak kuat dan subur; (4). Sehat,
tidak terserang hama dan penyakit; (5). Pohon harus banyak bercabang. Cabang
yang baik untuk dicangkok adalah cabang yang ukurannya tidak terlalu besar,
kira – kira sebesar kelingking atau pensil dengan syarat batang atau cabang
berkulit mulus dan berwarna cokelat muda. Bentuk cabang yang baik adalah tegap
dan mulus. Cabang yang berwarna coklat muda akan lebih cepat terbentuk kalus
akar. Panjang cabang cangkokan antara 20 – 30 cm, kalau terlalu panjang
mengalami kesulitan pada waktu penanaman dilapangan (Sipayung, 2015).
Pembiakan dengan
metode mencangkok biasanya dapat dilakukan pada tanaman-tanaman yang mempunyai
sifat berkayu (berkambium). Hal ini dimaksudkan agar memudahkan dalam prosesnya
dan mampu menumbuhkan perakaran pada sekitar lapisan korteks tanaman. Namun hal
ini dapat dipatahkan dengan adanya pencangkokan pada pohon pepaya yang
diketahui bahwa pepaya merupakan tanaman dengan karakteristik tak berkayu.
Meskipun mempunyai pohon yang agak keras, peapaya tidak meliliki kambium pada
struktur susunan batangnya. Mencnagkok dapat dilakukan pada waktu apapun tapi
lebih baik dilakukan pada musim penghujan agar frekuensi untuk penyiraman
secara manual dapat berkurang (Ashari, 1995).
Didalam
perlakuan pencangkokan tanaman menggunakan pembungkus atau pembalut yang
digunakan sebagai media perakaran. Bahan pembungkus atau pembalut yang
digunakan dalam praktikum yaitu serabut kelapa dan plastik. Perlakuan tersebut
dilakukan bertujuan untuk menahan media yang digunakan dalam cangkokan,
memepertahankan kelembapan akar dan agar mendapatkan hasil dengan baik dengan
waktu yang relatif lebih cepat juga untuk menghindari terkena cahaya langsung,
sebab akar akan lebih cepat tumbuh dengan sehat dalam keadaan gelap dan lembab.
Untuk cangkokan umumnya menggunakan bahan dari sabut kelapa atau karung goni
untuk membungkus tanah sebagai media perakaran. Supaya cangkokan dapat berhasil
dengan baik dengan waktu yang relatif cepat dan ekonomis, selain itu untuk
bahan pembungkus media dapat pula dengan menggunakan plastik (Anonimus, 2015).
Dalam mencangkok
umumnya digunakan cabang orthotrof yang tidak telalu tua maupun terlalu muda
yang umumnya berwarna hijau kecoklat-coklatan. Bahan untuk pembungkus
cangkokkan biasanya digunakan sabut kelapa atau karung goni untuk membungkus
tanah sebagai media perakaran. Supaya cangkokkan dapat berhasil dengan baik,
dengan waktu yang relatif cepat dan ekonomis maka sabut kelapa atau karung goni
diganti dengan plastik. Medium perakaran tanah dapat diganti dengan gambut atau
lumut. Lumut yang digunakan sebagai media tanam mempunyai sifat selain anti
septik juga dapat menahan kandungan air yang cukup tinggi, sehingga dalam
pelaksanaan pencangkokkan tidak perlu terlalu sering disiram air (Harmann 2004).
BAB III
BAHAN DAN METODA SERTA PELAKSANAAN CANGKOK
3.1 Tempat
dan Waktu Praktikum
Pembiakan Vegetatif dengan Cara
Cangkok dilaksanakan pada hari jum’at tanggal 5 Juni 2015 pukul 14.00 WIB –
15.30 WIB, bertempat di laboratorium Ilmu tanah Fakultas Pertanian Universitas
Katolik Santo Thomas Sumatera Utara, Medan.
3.2 Bahan
dan Alat
3.2.1 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam
praktikum pembiakan vegetatif tentang cangkok ini yaitu:
1. Tanaman Jambu Air
2. Serabut kelapa
3. Pupuk kompos
4. Pupuk kandang
5. Air
3.2.2 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam
praktikum pembiakan vegetatif tentang cangkok ini yaitu:
1. Pisau tajam (cutter)
2. Timba
3. Tali rafia
4. Plastik
3.3 Prosedur
Pelaksanaan Cangkok
Adapun prosedur percobaan yang
digunakan dalam praktikum pembiakan vegetatif tentang cangkok ini yaitu:
1. Bahan dan
alat yang diperlukan disiapkan
2. Batang
atau cabang dipilih tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda
3. Kulit disayat atau dihilangkan dari kambium
pada batang atau cabang tersebut sepanjang ± 3-5 cm
4. Bagian yang luka diberi media secukupnya
dengan pupuk kandang dan kompos, kemudian serabut kelapa ditutup dengan plastik
5.
kelembapan media dijaga dengan cara disiram dengan air
BAB IV HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil : Data Terlampir
4.2
Pembahasan
Praktikum
pembiakan vegetatif denga teknik cangkok memang berbeda dengan pembiakan
vegetatif dengan cara okulasi dan sambung. Peranyakan dengan cara okulasi dan
sambung menggabungkan dua bagian tanaman yang berbeda (walaupun dari famili
yang sama). Berbeda dengan perbanyakan dengan teknik cangkok, perbanyakan
dengan menggunakan teknik cangkok hanya menggunakan bagian tanaman dari satu
tanaman tertentu saja. Memang pada dasarnya tujuannya adalah sama yaitu untuk
mendapatkan hasil produksi yang tinggi (sama seperti tanaman induk). Namun pada
teknik perbanyakan tanaman dengan cara cangkok perakarannya masih lebih buruk
jika dibandingkan dengan htanaman hasil perbanyakan vegetatif dengan teknik
okulasi dan sambung.
Pada
praktikum pembiakan vegetatif dengan teknik cangkok digunakan dalam hal ini
adalah tanaman jambu air. Pada praktikum tentang cangkok (jambu air) ini memang
dianggap hidup karena waktu yang kurang memungkinkan (karena menjelang UAS).
Berbeda dengan okulasi dan sambung, teknik mencangkok justru malah tidak
terpengaruh sama sekali sam kondisi lingkungan pada saat pengerjaan. Dikatakan
demikian, karena memang pada dasarnya dalam mencangkok akan diberi media tanam
setelah dilakukan penyayatan kulit dari bagian tanaman yang akan dicangkok. Hal
ini dilakukan semata-mata hanya untuk merangsang pertumbuhan akar pada bagian
tanaman yang dicangkok.
Pada
dasarnya dalam mencangkok memang banyak sekali yang perlu diperhatikan supaya
cangkokan dapat berhasil. Salah satu yang paling menentukan keberhasilan dalam
mencangkok adalah perawatan tanaman. Selain media tanaman induk yang harus
dijaga kelembabannya, media (tanah) yang digunakan pada bagian cangkokan juga
harus selalu dijaga kelembaban dan ketersediaan udara di dalamnya. Dikatakan
demikian karena memang pada kenyataannya tujuan dari adanya media tanam pada bagian
tanaman yang dicangkok adalah untuk merangsang pertumbuhan akar, maka untuk
merangsang akar dapat keluar/tumbuh haruslah disediakan media (tanah) yang baik
dalam arti subur dan terjaga kelembaban serta suhunya.
Selain
kesalahan diatas, kesalahan yang mungkin terjadi yang dapat mengakibatkan
cangkokan kita tidak berhasil juga karena dalam proses penyayatan dari bagian
tanaman yang akan dicangkok. Pada saat kulit batang dikupas maka sangat
dibutuhkan ketelitian, supaya dalam mengupas kulit batang tang akan di cangkok
tidak mengenai kayu (bagian dalam) dari batang/dahan yang dicangkok. Selain
itu, pada saat setelah kulit batang/dahan tanaman yang akan dicangkok terkupas,
maka haruslah dibersihkan terlebih dahulu. Pembersihan ini bertujuan untuk
membersihkan kambium dari bagian yang telah dilepas kulitnya supaya
pencangkokan dapa berhasil.
Selain itu
masih banyak hal yang perlu diperhatikan dalam mencangkok ini, diantaranya
dalam hal pemilihan batang induk. Batang induk (cabang/ranting) haruslah memang
bagian yang paling baik/unggul dalam menghasilkan produksi dan tidak boleh
terlalu tua. Waktu pencangkokan sebaiknya pada musim hujan sehingga penyiraman tidak perlu
dilakukan secara berulang-ulang dan masih banyak lagi yang lainnya.
BAB V
KESIMPULAN
Dari praktikum
pembiakan vegetatif mengenai teknik mencangkok ini, maka dapat disimpulkan
bahwa:
ü Teknik
mencangkok berbeda halnya dengan okulasi dan sambung (menggunakan dua bagian
tanaman yang berbeda), teknik mencangkok hanya menggunakan satu bagian tanaman
saja dari satu tanamn
ü Dalam
pelaksanaan pencangkokan, tidaklah sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan
(tidak mudah tercemar) karena memang menggunakan tanah sebagai media tanamnya
ü Dalam
mencangkok sebaiknya dilakukan pada musim penghujan (untuk mengurangi
penyiraman secara terus menerus)
ü Dalam
memilih pohon induk yang akan dicangkok sebaiknya memilih yang umurnya belum
tua atau terlalu muda, kuat, sehat dan subur serta produksi tinggi
ü Selain media
tanam pada batang induk, dalam mencangkok juga harus memperhatikan media
(tanah) yang digunakan dalam menutupi bagian tanaman yang dicangkok (dikupas
kulitnya)
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, 2008. Pengembangan Vegetatif Mencangok. Gajah Mada Press. Yogyakarta.
Anonimus.
2015. http://id.m.wikipedia.org/wiki/pembiakan
dengan_mencangkok. diakses tanggal 15 juni 2015.
Ashari, S. 1995. Holtikultura. UI-PRESS.
Jakarta.
Herman. 2004. Teknik
Pembibitan Dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Hias. World Agroforestry Centre. Bogor.
Sipayung,
Patricius. 2015. Penuntun Praktikum
Pembiakan Vegetatif. Fakultas Pertanian Universitas Katolik Santo Thomas
Sumatera Utara. Medan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar