Sabtu, 27 Juni 2015

laporan pembiakan vegetatif tentang okulasi, sambung dan cangkok

BAB I  PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Tanaman merupakan salah satu organisme yang mampu melakukan perkembangbiakan guna mempertahan jenisnya serta memperbanyak diri. Ada dua cara perkembangbiakan tanaman yaitu perkembangbiakan secara generatif dan secara vegetatif. Perkembangbiakan secara generatif, pada umumnya menggunakan biji untuk perbanyakannya sehingga didapatkan hasil  yang kurang memuaskan dan membutuhkan waktu yang relatif lebih lama. Sedangkan perkembangbiakan secara vegetatif adalah perkembangbiakan dengan menggunakan organ vegetatif misalnya akar, batang, daun, pucuk dan umbi.
Dasar dari pembiakan vegetatif adalah pembiakan secara tidak kawin (asex) dimana ada kesanggupan tanaman untuk membentuk kembali (regenerasi) jaringan dan bagian lainnya. Ada beberapa alasan yang utama adalah bahwa ada banyak tanaman yang mempunyai sifat yang tidak sama dengan induknya apabila dibiakkan dengan menggunakan biji dari tanaman yang dimaksudkan. Pembiakan vegetatif dapat terjadi secara alamiah maupun dengan cara sengaja dibuat oleh manusia. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk membiakkan tanaman secara vegetatif. Pemilihan cara ini dapat terjadi tergantung kepada jenis tanaman dan tujuan dari pembiakan.
Untuk memperoleh tanaman yang sama sifatnya dengan induknya, maka pembiakan vegetatif mempunyai peranan penting terutama bagi tanaman yang sukar dibiakkan dengan biji. Oleh karena itu maka dalam rangka usaha memperoleh tanaman yang mempunyai sifat yang sama dengan induknya dalam waktu yang relatif singkat maka m pembiakan vegetatif perlu diperhatikan salah satunya adalah dengan cara perbanyakan tanaman dengan “okulasi”.
Okulasi atau budding adalah teknik memperbanyak tanaman secara vegetatif dengan cara menggabungkan dua tanaman atau lebih. Dalam praktikum ini sangat penting dilakukan oleh setiap mahasiswa Fakultas Pertanian UNIKA ST. Thomas SU, untuk menghasilkan Sarjana ynag memiliki keahlian dalam membiakkan tanamnan secara Vegetatif.
1.2  Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan percobaan praktikum pembiakan vegetatif tentang okulasi Tanaman Kakao ini adalah untuk “Mempelajari cara melakukan berbagai perbanyakan vegetatif dengan okulasi pada berbagai tanaman”.


BAB II  TEORI
Okulasi atau budding adalah teknik memperbanyak tanaman secara vegetatif dengan cara menggabungkan dua tanaman atau lebih. Penggabungan dilakukan dengan cara mengambil mata tunas dari cabang pohon induk lalu dimasukkan atau ditempelkan dibagian batang bawah yang sebagian kulitnya telah dikelupas (membuat jendela) dengan membentuk huruf T tegak, T terbalik, H, U tegak dan U terbalik. Tempelan kedua tanaman tersebut diikat selama beberapa waktu sampai kedua tanaman bergabung menjadi satu tanaman baru. Menyatukan kedua tanaman ini setelah tumbuhnya kallus dari kedua tanaman tersebut. Pengelupasan kulit batang bawah dan pengambilan mata tunas (entres) harus menggunakan pisau okulasi (Sipayung, 2015).
Teknik okulasi merupakan teknik penempelan mata tunas dari tanaman batang atas ke batang bawah yang keduanya bersifat unggul. Dalam okulasi batang bawah disebut rootstoc dan batang atas disebut entres. Dengan cara ini akan terjadi penggabungan sifat-sifat baik dari dua tanaman dalam waktu yang relatif pendek dan memperlihatkan pertumbuhan yang seragam. Tujuan utama membuat bibit okulasi adalah agar produksi bisa lebih tinggi. Pada proses pengokulasian ini terdapat dua bagian yang penting yaitu batang atas dan batang bawah. Kriteria batang bawah untuk dijadikan sebagai bahan okulasi adalah merupakan induk yang diperoleh dari pembiakan generatif yang masih muda. Sedangkan untuk batang atas bagian tanaman yang diambil adalah yang sudah tua. Tanaman batang atas harus diketahui asalnya untuk mempermudah menentukan hasil akhir okulasi serta bagian atas yang diambil memiliki empat payung,pucuk tanaman dalam keadaan tua (Parto Rahardja dan Wahyu Wiryanta, 2003).
Prinsip dari okulasi adalah melekatnya kambium suatu jenis tanaman dengan jenis tanaman lain agar berpadu satu dan hidup. Okulasi sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan. Karena pada saat ini kambium dapat mempertahankan diri tidak segera menjadi kering., demikian pula dengan mata tunas yang ditempelkan. Sedangkan pada musim kemarau, mata tunas yang dikerat harus segera ditempelkan ke batang yang sebelumnya sudah dibuat pada pola keratannya. Untuk okulasi yang dilakukan pada batang bawah, biasanya dipilih dari jenis tanaman varietas lokal yang sudah berumur sekitar 1 tahun, dan yang memiliki pertumbuhan baik, sehat serta memiliki kulit batang yang mudah dikelupas (Zainal Abidin, 2001).
Pada budidaya kakao, bibit kakao yang yang terbaik adalah yang berasal dari klon unggul dan diperbanyak dengan cara vegetatif sehingga secara genetik sifat-sifat unggul yang diinginkan tetap dapat dipertahankan. Teknik perbanyakan tanaman dengan cara vegetatif yang lazim digunakan pada komoditas kakao adalah dengan cara okulasi, meskipun terdapat beberapa teknik perbanyakan vegetatif lainnya seperti sambung dan kultur jaringan. Seperti halnya okulasi pada tanaman perkebunan lainnya (karet, kopi, dll.), okulasi pada tanaman kakao bertujuan menempelkan mata entres dari klon unggul tertentu yang diinginkan sifat-sifatnya kepada batang bawah. Untuk melakukan okulasi kakao (coklat), yang pertama perlu diperhatikan adalah sumber mata entres (kayu olulasi) harus berasal dari klon/varietas yang unggul. Selanjutnya sumber entres harus berkualitas baik yaitu berwarna coklat (tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda) serta mata entres yang akan diambil dalam keadaan baik (nampak jelas). Kayu okulasi dapat berasal dari 2 (dua) jenis cabang yaitu ortotrop dan plagiotrop. Tanaman yang dihasilkan dari okulasi tunas ortotrop pada umumnya habitus baik, tanaman berjorget, tanaman tinggi besar dan percabangan teratur serta lebih lambat berbunga/berbuah. Sedangkan tanaman yang dihasilkan dari okulasi tunas plagiotrop pada umumnya habitus pendek, percabangan mulai dari permukaan tanah dan tanaman cepat berbuah (Anonimus, 2015).
Keuntungan dari mengenten ataupun okulasi diantaranya tanaman dapat berproduksi lebih cepat, hasil produksi dapat sesuai dengan keinginan tergantung batang atas yang digunakan. Sebagai contoh anda memiliki dua jenis rambutan, ada yang rasanya manis tetapi tidak tahan terhadap genangan air (akar membusuk) dan disisi lain ada rambutan yang masam namun tahan terhadap genangan air. Jenis ini dapat dipadukan, bagian atas tanaman dipilih yang rasanya manis dan bagian bawah dipilih yang tahan genangan air sehingga dapat dihasilkan rambutan yang manis dan tahan pada daerah yang tergenang. Kelemahan dari perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara okulasi yaitu: Terkadang suatu tanaman hasil okulasi ada yang kurang normal terjadi karena tidak adanya keserasian antara batang bawah dengan batang atas (entres) perlu menggunakan tenaga ahli untuk pengokulasian ini. Bila salah satu syarat dalam kegiatan pengokulasian tidak terpenuhi kemngkinan gagal atau mata entres tidak tumbuh sangat besar (Anonimus, 2005).


BAB III  BAHAN DAN METODA SERTA PELAKSANAAN OKULASI
3.1 Tempat dan waktu Praktikum
Pembiakan Vegetatif dengan Cara Okulasi ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 8 Mei 2015 pukul 14.00 WIB – 15.30 WIB, bertempat di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara, Medan.
3.2 Bahan dan Alat  
 3.2.1 Bahan            
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum pembiakan vegetatif tentang Okulasi ini yaitu:
1. Tanaman kakao (Theobroma cacao)
2. Tanah top soil
3. Pestisida
 4. Air
3.2.2 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum pembiakan vegetatif tentang Okulasi ini yaitu:
1. Polybag
2. Gembor
3. Plastik Pengikat
4. Plastik Pembungkus
5. Pisau Okulasi/Cutter
3.3 Prosedur Pelaksanaan Okulasi
            Adapun prosedur percobaan yang dilakukan dalam praktikum pembiakan vegetatif tentang okulasi ini yaitu:
 1. Tanaman yang akan diokulasi adalah tanaman kakao
 2. Sebagai batang bawah disiapkan tanaman kakao lain yang tumbuh didalam polybag setinggi ± 50 cm
 3. Tanaman kakao yang akan dijadikan sebagai calon batang atas (entress) juga disiapkan. Calon batang atas mata tunas dari tanaman kakao dari tanaman lain
 4. Kulit batang bawah dikerat selebar ± 0,5 – 1 cm dengan panjang ± 2 cm berbentuk persegi panjang atau jendela
5.  Kulit dibuka dari batang tetapi tidak sampai terlepas dari batang dan sebagian lidah kupasan dibuang (±2/3 bagian)
 6. Masing-masing entris yang ada mata tunasnya diambil dari calon batang atas
 7. Ujung bawah mata tunas diselipkan pada bagian ujung lidah yang tersisa pada batang bawah dan kemudian diikat ddengan tali plastik yang transparan. Mata tunas diusahakan tidak ikut terbungkus
 8. Keberhasilan okulasi ditunggu selama tiga minggu dan selama itu dilakukan penyiraman setiap hari


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil          : Data Terlampir
4.2 Pembahasan
            Pada praktikum pembiakan vegetatif tentang okulasi yang telah dilaksanakan tanaman yang digunakan adalah tanaman Kakao (Theobroma cacao). Dalam pelaksanaan praktikum perbanyakan vegetatif tentang okulasi ini sangatlah banyak yang perlu untuk diperhatikan. Hal yang paling utama yang harus diperhatikan dalam praktikum ini adalah penentuan atau penggunaan entres yang akan digunakan sebagai batang atas. Hal ini menjadi sangat penting karena untuk keberlangsungan hidup/tumbuh tanaman baru nantinya adalah tanaman atas atau entres yang digunakan saat mengokulasi. Dalam hal ini, maka entres yang digunakan adalah entres yang berasal dari tanaman yang memang satu varietas dengan tanaman bawah. Hal ini dilakukan karena pada dasarnya memang tanaman yang berasal dari satu marga/famili yang sama akan dapat menyatu jika disatukan. Sebaliknya jika jenis tanaman bawah berbeda dengan jenis tanaman entres yang digunakan (beda famili) maka tanaman yang kita satukan tersebut tidak akan pernah bersatu. Selain hal tersebut, masih ada hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan praktikum ini. Hal yang tidak kalah pentingnya yang harus diperhatikan dalam praktikum ini adalah bahwa tanaman batang bawah memang sudah harus dalam keadaan siap pakai. Keadaan siap pakai pada batang bawah dapat dilihat dari daun yang berada dipucuk tanaman batang bawah haruslah sudah dalam keadaan tua (berwarna hijau).
            Dari praktikum pembiakan vegetatif tentang okulasi yang telah dilakukan (dengan menggunakan tanaman kakao) diperoleh hasil yang kurang baik. Dikatakan kurang baik karena dari dua kali percobaan yang telah dilakukan kedua-duanya tidak ada yang hidup. Banyak hal yang kemungkinan terjadi yang menyebabkan kedua percobaan yang telah dilakukan menunjukkan hasil yang tidak bagus tersebut. Kesalahan yang paling besar mungkin terjadi dalam hal ini yaitu terdapat dalam pelaksanaan percobaan (terutama dalam mengikat/membyngkus tanaman). Dalam pengikatan, tidak jarang praktikan (termasuk saya sendiri) sangat kurang berhati-hati dalam melaksanakannya. Dalam hal mengikat/membungkus tanaman praktikan sering kali membuat tanaman banyak bergoyang/tergoyang, sehingga kemungkinan dalam hal ini entres yang sebelumnya telah dilengketkan pada jendela dengan posisi yang tepat menjadi bergeser. Selain kesalahan dalam hal pelaksanaan percobaan, kesalahan yang mungkin terjadi yang mengakibatkan tanaman yang di okulasi tidak hidup adalah dalam hal perawatan/penjagaan tanaman. Tidak jarang dalam menjaga tanaman praktikan kurang berhati-hati atau dapat dikatakan kurang memperhatikan tanaman. Dalam hal ini dapat terlihat dari ketidak rutinan praktikan untuk menyiram tanaman yang di okulasi. Hal ini sangatlah berpengaruh terhadap keberhasilan percobaan yang dilakukan, karena pada dasarnya memang tanaman batang bawah sangat membutuhkan pasokan air yang cukup untuk keberlangsungan hidupnya.
           


BAB V  KESIMPULAN
            Dari praktikum pembiakan vegetatif tentang okulasi yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
ü Keberhasilan dari suatu perbanyakan vegetatif tentang okulasi sangat ditentukan dari tanaman yang digunakan harus dari famili yang sama (antara batang bawah dan entres)
ü Syarat yang harus dipenuhi oleh tanaman batang bawah yaitu bahwa tanaman batang bawah harus dalam keadaan tidak sedang flus atau daun termudanya masih berwarna merah (dalam hal ini adalah kakao)
ü Batang bawah yang digunakan dalam okulasi harus memiliki perakaran yang kuat (tunggang) sehingga diutamakan dari hasil pembiakan secara generatif
ü Tanaman batang atas (entres) yang akan digunakan harus memang berasal dari tanaman atau cabang yang unggul (produksi tinggi) karena akan digunakan sebagai tanaman utama (individu baru)
ü Banyak hal yang mengakibatkan ketidakberhasilan dari suatu percobaan okulasi yang diantaranya dalam hal penempelan entres pada batang bawah dan juga dalam hal pemeliharaan media tanam



DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 2015. http://www.google.co.id.perbanyakan_dengan_okulasi. Diakses tanggal 15 juni 2015.
Anonimus. 2015. http://id.m.wikipedia.org/wiki/perkembangbiakan_vegetatif. diakses tanggal 15 juni 2015.
Rahardja, Parto dan Wahyu Wiryanta. 2003. Aneka Cara Memperbanyak Tanaman. Agromedia Pustaka. Bandung.
Sipayung, Patricius. 2015. Penuntun Praktikum Pembiakan Vegetatif. Fakultas Pertanian Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara. Medan.
Zainal. 2001. Dasar – dasar tentang Pembiakan Vegetatif. Angkasa Pustaka. Bandung.



BAB I  PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Tanaman merupakan salah satu organisme yang mampu melakukan perkembangbiakan guna mempertahan jenisnya serta memperbanyak diri. Ada dua cara perkembangbiakan tanaman yaitu perkembangbiakan secara generatif dan secara vegetatif. Perkembangbiakan secara generatif, pada umumnya menggunakan biji untuk perbanyakannya sehingga didapatkan hasil  yang kurang memuaskan dan membutuhkan waktu yang relatif lebih lama. Sedangkan perkembangbiakan secara vegetatif adalah perkembangbiakan dengan menggunakan organ vegetatif misalnya akar, batang, daun, pucuk dan umbi.
Dasar dari pembiakan vegetatif adalah pembiakan secara tidak kawin (asex) dimana ada kesanggupan tanaman untuk membentuk kembali (regenerasi) jaringan dan bagian lainnya. Ada beberapa alasan yang utama adalah bahwa ada banyak tanaman yang mempunyai sifat yang tidak sama dengan induknya apabila dibiakkan dengan menggunakan biji dari tanaman yang dimaksudkan. Pembiakan vegetatif dapat terjadi secara alamiah maupun dengan cara sengaja dibuat oleh manusia. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk membiakkan tanaman secara vegetatif. Pemilihan cara ini dapat terjadi tergantung kepada jenis tanaman dan tujuan dari pembiakan.
Untuk memperoleh tanaman yang sama sifatnya dengan induknya, maka pembiakan vegetatif mempunyai peranan penting terutama bagi tanaman yang sukar dibiakkan dengan biji. Oleh karena itu maka dalam rangka usaha memperoleh tanaman yang mempunyai sifat yang sama dengan induknya dalam waktu yang relatif singkat maka m pembiakan vegetatif perlu diperhatikan salah satunya adalah dengan cara perbanyakan tanaman dengan “Sambung (grafting)”.
Dalam praktikum pembiakan vegetatif mengenai sambung ini sangatlah bermanfaat bagi setiap praktikan sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara. Dalam praktikum ini praktikan akan mengerti bagaimana cara melakukan pembiakan vegetatif dengan cara sambung.
1.2  Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan percobaan praktikum pembiakan vegetatif tentang sambung (grafting) ini yaitu untuk “Mempelajari cara melakukan berbagai perbanyakan vegetatif dengan sambung (grafting) pada berbagai tanaman”.


BAB II  TEORI
Sambung adalah salah satu teknik perbanyakan vegetatif dengan menyambungkan atau menyisipkan batang atas ke batang bawah. Batang bawah yang digunakan biasanya berasal dari biji, setek bahkan tanaman yang sudah tua untuk diremajakan atau diganti dengan varietas baru. Prinsip melakukan teknik sambung adalah kecocokan atau kompatibel antara batang atas dengan batang bawah. Waktu penyambungan harus tepat, cabang entres atau cabang yang kulitnya bermata tunas tumbuh kekar dan sehat. Waktu penyambungan sebaiknya dilakukan ketika pucuk batang atas dalam keadaan sempurna artinya pucuk belum pecah tetapi daun mudanya sudah mengeras (Sipayung, 2015).
Menyambung atau mengenten merupakan penggabungan batang bawah dengan batang atas dari tanaman yang berbeda sedemikian rupa sehingga terjadi penyatuan, dan kombinasi ini akan terus tumbuh membentuk tanaman baru. Terjadinya penyatuan ini disebabkan oleh menyatunya kambium batang bawah dan kambium batang atas. Pada dasarnya sangat banyak teknik sambung yang dapat kita gunakan tergantung dari berbagai macam tanaman yang akan kita jadikan media untuk perkembangbiakannya. Sambung pucuk adalah penyatuan pucuk (sebagai calon batang atas) dengan batang bawah sehingga terbentuk tanaman baru yang mampu saling menyesuaikan diri secara kompleks (Rini Widyayanto, 2007).
Metoda sambung atau grafting memiliki keunggulan dan kelemahan, beberapa keuntungan dalam perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan teknik ini dintaranya, a. Memperoleh keuntungan dari batang bawah tertentu, seperti perakaran kuat, toleran terhadap lingkungan tertentu, b. Mengubah kultivar dari tanaman yang telah berproduksi, yang disebut top working. c. Mempercepat kematangan reproduktif dan produksi buah lebih awal, d. mempercepat pertumbuhan tanaman dan mengurangi waktu produksi, e. Mendapatkan bentuk pertumbuhan tanaman khusus dan. f. Memperbaiki kerusakan pada tanaman (Anonimus, 2015).
Menyambung atau enten, yang telah di kenal dan dipraktikan sejak beberapa abad, adalah suatu cara menyambung potongan suatu tanaman pada batang yang telah berakar dari suatu tanaman lain. Beberapa cara pembiakan aseksual lain, pada potongan yang disambungkan tidak terjadi regenerasi organ-organ baru tetapi merupakan suatu kesatuan dengan batang yang berakar tadi. Batang berakar tempat potongan di sambungkan di sebut tanaman bawah. Akar kadang-kadang juga digunakan sebagai tanaman bawah. Potongan-potongan yang disambungkan disebut tanaman atas, atau tunas okulasi. Seluruh bagian atas dari tanaman bawah dibuang dan digantikan dengan tunas okulasi atau tanaman bawah. Banyak jenis tanaman buah-buahan yang sukar di perbanyak dengan setek, runduk, anakan dan cangkok, tetapi mudah di perbanyak dengan penyambungan dan penyusunan, misalnya pada manggis, belimbing dan sebagainya (Rahardja, 2003 ).
Walaupun pembiakan vegetatif melalui teknik grafting (sambung) bertujuan untuk mendapatkan hasil tanaman yang lebih baik dari iniduknya, ternyata ada kelemahan grafting yang perlu juga diperhatikan. Berikut merupakan beberapa kelemahan grafting. a. Kelemahannya sulit mendapatkan sambungan batanga atas dalam jumlah banyak. b. Bagi tanaman kehutanan, kemungkinan jika pohon sudah besar gampang patah jika ditiup angin kencang. c. Tingkat keberhasilannya rendah jika tidak cocok antara batang atas dan batang bawah (Indra Gunawan, 2004).



BAB III
BAHAN DAN METODA SERTA PELAKSANAAN SAMBUNG
3.1 Tempat dan waktu Praktikum
Pembiakan Vegetatif dengan Cara Sambung (Grafting) dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 22 Mei 2015 pukul 14.00 WIB – 15.30 WIB, bertempat di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara, Medan.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum pembiakan vegetatif tentang sambung ini yaitu:
1. Polibag
2. Tanaman Durian
3. Air
3.2.2 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum pembiakan vegetatif tentang sambung ini yaitu:
1. Cutter
2. Plastik transparan
3.3 Prosedur Pelaksanaan Sambung (Grafting)
Adapun prosedur percobaan yang digunakan dalam praktikum pembiakan vegetatif tentang sambung ini yaitu:
1. Sebagi bahan bawah disiapkan tanaman durian yang telah tumbuh didalam polybag setinggi ± 50 cm sebanyak tiga tanaman
2. Tanaman durian yang akan dijadikan batang atas juga disiapkan. Diusahakan ukurannya sama dengan batang bawah
3.  Batang bawah dipotong dan disisakan setinggi ± 15 cm dari permukaan polybag, kemudian dibelah sama besar dengan ukuran 3cm - 5 cm
4. Batang atas yang hendak disambung dipotong dari tanaman induk dengan panjang 10 cm – 16 cm dari pucuknya
5.  Pucuk tersebut bagian pangkal kiri dan kanannya dipotong miring seperti kapak sepanjang 3 cm – 5 cm
6. Pucuk diselipkan pada batang bawah dan diikat dengan tali plastik
7.  Setelah tanaman tersambung sempurna, daun-daun yang ada dipangkas  sehingga dalam satu tanaman paling banyak terdapat 3 helai daun
8.  Tanaman disungkup dengan menggunakan plastik transparan dan sungkup tersebut juga menutupi sambungan
9.  keberhasilan sambungan pucuk ditunggu selama tiga minggu dan selama itu dilakukan penyiraman setiap hari.


BAB IV  HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil          : Data Terlampir
4.2 Pembahasan
Sama halnya dengan perbanyakan vegetatif tentang okulasi, perbanyakan vegetatif dengan sambung juga memiliki cara dan sifat yang mirip, hanya saja dalam hal ini tanaman batang bawah yang digunakan harus dipotong bagian atasnya. Bukan hanya pada bagian batang bawah, pada bagian batang atas juga yang digunakan dalam percobaan ini memang benar-benar potongan dari tanaman batang atas yang akan digunakan (berbeda dengan okulasi yang hanya menggunakan entres/mata tunas).
Dalam percobaan ini, secara umum memang lebih sulit jika dibandingkan dengan perbanyakan vegetatif dengan menggunakan cara okulasi. Dikatakan demikian karena dalam hal ini masih banyak hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaannya. Salah satu yang sangat penting dalam hal ini adalah dapat dilihat dari segi pembuatan lubang pada batang bawah. Lubang yang harus disediakan pada batang bawah haruslah sesuai ukurannya dengan potongan yang kita buat pada batang atas. Selain itu, dalam percobaan ini juga harus memperhatikan ukuran dari kedua tanaman yang akan disambungkan. Ukuran (diameter) batang atas dengan ukuran (diameter) batang atas sebaiknya haruslah sama besar (paling tidak seimbang). Memang adakalanya hal ini sulit untuk ditemukan, tetapi dalam hal ini tanaman batang bawah tidak boleh lebih kecil dari tanaman batang atas yang akan disambungkan.
Pada percobaan yang telah dilakukan (dengan menggunakan bibit durian) hasil yang ditunjukkan masih kurang baik. Dari dua kali percobaan yang telah dilakukan perbanyakan vegetatif dengan menggunakan teknik sambung ini secara garis besar kedua-duanya tidak berhasil (gagal). Pada percobaan pertama yang saya lakukan memang menunjukkan ciri-ciri kehidupan pada hasil sambung yang saya lakukan (terlihat dari batang atasnya masih dalam keadaan segar dan berwarna hijau), namun saat membuka pelastik dan ikatannya tanaman batang atasnya ikut terlepas. Hal ini mungkin memang kesalahan yang saya lakukan disaat membuka ikatannya kurang berhati-hati sehingga tanaman batang atasnya juga ikut lepas (karena memang masih dalam keadaan kurang kuat menyambungnya).
Pada percobaan yang kedua yang saya lakukan malah menunjukkan hasil yang lebih buruk dari percobaan yang pertama. Pada percobaan yang kedua hasil percobaan yang saya lakukan tidak sedikitpun menunjukkan ciri-ciri kehidupan dari batang atasnya (hal ini dapat dilihat pada batang atasnya yang berwarna hitam). Kesalahan yang mungkin terjadi dalam hal ini kemungkinan sangat banyak sekali. Namun jika dibandingkan dengan percobaan pertama yang saya lakukan, maka kesalahan yang mungkin terjadi pada percobaan yang kedua ini ada pada penjagaan/pemeliharaan media tanam. Kegagalan ini besar kemungkinannya diakibatkan karena tanaman batang bawah kekurangan absorbsi air, sehingga tanaman kurang begitu terhubung/tersambung denga batang atas. Selain kesalahan tersebut diatas, hal yang mungkin menyebabkan terjadinya kegagalan pada percobaan yang kedua ini ada pada saat pelaksanaan percobaann bisa dalam saat pembuatan lubang untuk menyambungkan kedua tanaman. Namun yang paling besar kemungkinan terjadi kesalahan dalam hal ini adalah ketika saat menyambungkan kedua bagian tanaman terlalu sering kali dilepas sehingga menyebabkan kedua bagian tanaman yang akan disambungkan terkontaminasi oleh lingkungan luar yang ada disekitarnya.


BAB V  KESIMPULAN
            Dari praktikum pembiakan vegetatif mengenai sambung ini maka dapat disimpulkan bahwa:
ü Pembiakan vegetatif dengan cara sambung tidak jauh berbeda dengan pembiakan vegetatif dengan cara okulasi yang sama-sama menggunakan batang bawah dan batang atas
ü Sama halnya dengan okulasi, pada pembiakan vegetatif secara sambung juga menganjurkan tanaman batang bawah berasal dari pembiakan secara generatif agar perakarannya kuat
ü Tidak hanya batang bawah, batang atas yang digunakan dalam pembiakan vegetatif dengan teknik sambung ini haruslah berasal dari tanaman yang memang benar-benar unggul (tiggi produksi) karena akan digunakan untuk yang selanjutnya
ü Dalam pembiakan vegetatif dengan cara sambung harus memperhatikan ukuran (diameter) dari kedua bagian yang akan disambungkan (kurang lebihnya sama besar)
ü Lubang yang disediakan/dibuat pada batang bawah haruslah sesuai besarnya denagan potongan yang dibuat pada tanaman batang atas
ü Pada teknik sambung ini, kedua bagian tanaman yang akan disambungkan sangatlah sensitif terhadap pengaruh lingungan disekitarnya (mudah tercemar)


DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 2015. http://id.m.wikipedia.org/wiki/teknik_menyambung_tanaman.  diakses tanggal 15 juni 2015.
Indra, Gunawan. 2004. Pembiakan Tanaman Dengan Menyambung. Erlangga. Jakarta.
Rahardja, P.C. 2003. Aneka Cara Memperbanyak Tanaman. Agromedia Pustaka. Surabaya.
Rini, Widyayanto. 2007. Pengembangan Vegetatif Menyambung. Gajah Mada Press. Yogyakarta.
Sipayung, Patricius. 2015. Penuntun Praktikum Pembiakan Vegetatif. Fakultas Pertanian Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara. Medan.


BAB I  PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Tanaman merupakan salah satu organisme yang mampu melakukan perkembangbiakan guna mempertahan jenisnya serta memperbanyak diri. Ada dua cara perkembangbiakan tanaman yaitu perkembangbiakan secara generatif dan secara vegetatif. Perkembangbiakan secara generatif, pada umumnya menggunakan biji untuk perbanyakannya sehingga didapatkan hasil  yang kurang memuaskan dan membutuhkan waktu yang relatif lebih lama. Sedangkan perkembangbiakan secara vegetatif adalah perkembangbiakan dengan menggunakan organ vegetatif misalnya akar, batang, daun, pucuk dan umbi.
Dasar dari pembiakan vegetatif adalah pembiakan secara tidak kawin (asex) dimana ada kesanggupan tanaman untuk membentuk kembali (regenerasi) jaringan dan bagian lainnya. Ada beberapa alasan yang utama adalah bahwa ada banyak tanaman yang mempunyai sifat yang tidak sama dengan induknya apabila dibiakkan dengan menggunakan biji dari tanaman yang dimaksudkan. Pembiakan vegetatif dapat terjadi secara alamiah maupun dengan cara sengaja dibuat oleh manusia. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk membiakkan tanaman secara vegetatif. Pemilihan cara ini dapat terjadi tergantung kepada jenis tanaman dan tujuan dari pembiakan.
Untuk memperoleh tanaman yang sama sifatnya dengan induknya, maka pembiakan vegetatif mempunyai peranan penting terutama bagi tanaman yang sukar dibiakkan dengan biji. Oleh karena itu maka dalam rangka usaha memperoleh tanaman yang mempunyai sifat yang sama dengan induknya dalam waktu yang relatif singkat maka m pembiakan vegetatif perlu diperhatikan salah satunya adalah dengan cara perbanyakan tanaman dengan “Cangkok”.
Dalam praktikum pembiakan vegetatif mengenai cangkok ini sangatlah bermanfaat bagi setiap praktikan sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara. Dalam praktikum ini praktikan akan mengerti bagaimana cara melakukan pembiakan vegetatif dengan cara Cangkok.
1.2  Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum pembiakan vegetatif mengenai cangkok ini yaitu:
ü Untuk mengetahui dan mempelajari cara mencangkok dan untuk mengetahui pertumbuhan akar cangkokan
ü Untuk mengetahui pengaruh media cangkokan terhadap pembentukan sistem perakaran.


BAB II  TEORI
            Mencangkok merupakan salah satu cara pembiakan vegetatif buatan yangh bertujuan untuk mendapatkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan induklnya dan cepat menghasilkan. Pencangkokan dilakukan dengan menyayat dan mengupas kulit di sekeliling batang. Lebar sayatan tergantung dari jenis tanaman yang akan dicangkok. Penyayatan dilakukan sedemikian rupa sehingga lapisan kambiumnya dapat dihilangkan (dengan cara dikikis). Setelah luka yang dibuat cukup kering, Rootone-F diberikan sebagai perlakuan agar bahan cangkokan cepat berakar. Media tumbuh yang digunakan terdiri dari tanah dan kompos dan dibalut dengan sabut kelapa atau plastik. Bila batang diatas sayatan telah menghasilkan sistem perakaran yang bagus, batang dapat segera dipotong dan ditanam di lapangan (Sipayung, 2015).
Dalam pertanian mencangkok merupakan salah satu upaya pembiakan tanaman. Pembiakan tanaman dapat dibedakan menjadi dua yaitu secara vegetatif dan generatif. Tehnik perbanyakan vegetatif dengan cara pelukaan atau pengeratan cabang pohon induk dan dibungkus media tanam untuk merangsang terbentuknya akar. Pada tehnik ini tidak dikenal istilah batang bawah dan batang atas. Tehnik ini relatif sudah lama dikenal oleh petani dan tingkat keberhasilannya lebih tinggi, karena pada cara mencangkok akar tumbuh ketika masih berada di pohon induk. Mencangkok adalah suatu teknik perbanyakan tanaman dengan cara merangsang timbulnya perakaran pada cabang pohon sehingga dapat ditanam sebagai tanaman baru. Cara merangsang timbulnya akar tersebut adalah dengan mengupas kulit luar cabang selanjutnya cabang yang terkupas tadi diberi media tanah (Ashari, 1995).
Beberapa persyratan yang harus dipenuhi oleh tanaman induk cangkokan adalah sebagi berikut: (1). Pohon induk tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda; (2). Pohon induk telah berbunga (untuk tanaman hias) dan telah berbuah sedikitnya tiga kali (untuk tanaman buah – buahan); (3). Pohon nampak kuat dan subur; (4). Sehat, tidak terserang hama dan penyakit; (5). Pohon harus banyak bercabang. Cabang yang baik untuk dicangkok adalah cabang yang ukurannya tidak terlalu besar, kira – kira sebesar kelingking atau pensil dengan syarat batang atau cabang berkulit mulus dan berwarna cokelat muda. Bentuk cabang yang baik adalah tegap dan mulus. Cabang yang berwarna coklat muda akan lebih cepat terbentuk kalus akar. Panjang cabang cangkokan antara 20 – 30 cm, kalau terlalu panjang mengalami kesulitan pada waktu penanaman dilapangan (Sipayung, 2015).
Pembiakan dengan metode mencangkok biasanya dapat dilakukan pada tanaman-tanaman yang mempunyai sifat berkayu (berkambium). Hal ini dimaksudkan agar memudahkan dalam prosesnya dan mampu menumbuhkan perakaran pada sekitar lapisan korteks tanaman. Namun hal ini dapat dipatahkan dengan adanya pencangkokan pada pohon pepaya yang diketahui bahwa pepaya merupakan tanaman dengan karakteristik tak berkayu. Meskipun mempunyai pohon yang agak keras, peapaya tidak meliliki kambium pada struktur susunan batangnya. Mencnagkok dapat dilakukan pada waktu apapun tapi lebih baik dilakukan pada musim penghujan agar frekuensi untuk penyiraman secara manual dapat berkurang (Ashari, 1995).
Didalam perlakuan pencangkokan tanaman menggunakan pembungkus atau pembalut yang digunakan sebagai media perakaran. Bahan pembungkus atau pembalut yang digunakan dalam praktikum yaitu serabut kelapa dan plastik. Perlakuan tersebut dilakukan bertujuan untuk menahan media yang digunakan dalam cangkokan, memepertahankan kelembapan akar dan agar mendapatkan hasil dengan baik dengan waktu yang relatif lebih cepat juga untuk menghindari terkena cahaya langsung, sebab akar akan lebih cepat tumbuh dengan sehat dalam keadaan gelap dan lembab. Untuk cangkokan umumnya menggunakan bahan dari sabut kelapa atau karung goni untuk membungkus tanah sebagai media perakaran. Supaya cangkokan dapat berhasil dengan baik dengan waktu yang relatif cepat dan ekonomis, selain itu untuk bahan pembungkus media dapat pula dengan menggunakan plastik (Anonimus, 2015).
Dalam mencangkok umumnya digunakan cabang orthotrof yang tidak telalu tua maupun terlalu muda yang umumnya berwarna hijau kecoklat-coklatan. Bahan untuk pembungkus cangkokkan biasanya digunakan sabut kelapa atau karung goni untuk membungkus tanah sebagai media perakaran. Supaya cangkokkan dapat berhasil dengan baik, dengan waktu yang relatif cepat dan ekonomis maka sabut kelapa atau karung goni diganti dengan plastik. Medium perakaran tanah dapat diganti dengan gambut atau lumut. Lumut yang digunakan sebagai media tanam mempunyai sifat selain anti septik juga dapat menahan kandungan air yang cukup tinggi, sehingga dalam pelaksanaan pencangkokkan tidak perlu terlalu sering disiram air (Harmann 2004).


BAB III BAHAN DAN METODA SERTA PELAKSANAAN CANGKOK
3.1 Tempat dan Waktu Praktikum
Pembiakan Vegetatif dengan Cara Cangkok dilaksanakan pada hari jum’at tanggal 5 Juni 2015 pukul 14.00 WIB – 15.30 WIB, bertempat di laboratorium Ilmu tanah Fakultas Pertanian Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara, Medan.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum pembiakan vegetatif tentang cangkok ini yaitu:
1. Tanaman Jambu Air
2. Serabut kelapa
3. Pupuk kompos
4. Pupuk kandang
5. Air
3.2.2 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum pembiakan vegetatif tentang cangkok ini yaitu:
1. Pisau tajam (cutter)
2. Timba
3. Tali rafia
4. Plastik
3.3 Prosedur Pelaksanaan Cangkok
Adapun prosedur percobaan yang digunakan dalam praktikum pembiakan vegetatif tentang cangkok ini yaitu:
1. Bahan dan alat yang diperlukan disiapkan
2. Batang atau cabang dipilih tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda
3.  Kulit disayat atau dihilangkan dari kambium pada batang atau cabang tersebut sepanjang ± 3-5 cm
4.  Bagian yang luka diberi media secukupnya dengan pupuk kandang dan kompos, kemudian serabut kelapa ditutup dengan plastik
5. kelembapan media dijaga dengan cara disiram dengan air


BAB IV  HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil          : Data Terlampir
4.2 Pembahasan
Praktikum pembiakan vegetatif denga teknik cangkok memang berbeda dengan pembiakan vegetatif dengan cara okulasi dan sambung. Peranyakan dengan cara okulasi dan sambung menggabungkan dua bagian tanaman yang berbeda (walaupun dari famili yang sama). Berbeda dengan perbanyakan dengan teknik cangkok, perbanyakan dengan menggunakan teknik cangkok hanya menggunakan bagian tanaman dari satu tanaman tertentu saja. Memang pada dasarnya tujuannya adalah sama yaitu untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi (sama seperti tanaman induk). Namun pada teknik perbanyakan tanaman dengan cara cangkok perakarannya masih lebih buruk jika dibandingkan dengan htanaman hasil perbanyakan vegetatif dengan teknik okulasi dan sambung.
Pada praktikum pembiakan vegetatif dengan teknik cangkok digunakan dalam hal ini adalah tanaman jambu air. Pada praktikum tentang cangkok (jambu air) ini memang dianggap hidup karena waktu yang kurang memungkinkan (karena menjelang UAS). Berbeda dengan okulasi dan sambung, teknik mencangkok justru malah tidak terpengaruh sama sekali sam kondisi lingkungan pada saat pengerjaan. Dikatakan demikian, karena memang pada dasarnya dalam mencangkok akan diberi media tanam setelah dilakukan penyayatan kulit dari bagian tanaman yang akan dicangkok. Hal ini dilakukan semata-mata hanya untuk merangsang pertumbuhan akar pada bagian tanaman yang dicangkok.
Pada dasarnya dalam mencangkok memang banyak sekali yang perlu diperhatikan supaya cangkokan dapat berhasil. Salah satu yang paling menentukan keberhasilan dalam mencangkok adalah perawatan tanaman. Selain media tanaman induk yang harus dijaga kelembabannya, media (tanah) yang digunakan pada bagian cangkokan juga harus selalu dijaga kelembaban dan ketersediaan udara di dalamnya. Dikatakan demikian karena memang pada kenyataannya tujuan dari adanya media tanam pada bagian tanaman yang dicangkok adalah untuk merangsang pertumbuhan akar, maka untuk merangsang akar dapat keluar/tumbuh haruslah disediakan media (tanah) yang baik dalam arti subur dan terjaga kelembaban serta suhunya.
Selain kesalahan diatas, kesalahan yang mungkin terjadi yang dapat mengakibatkan cangkokan kita tidak berhasil juga karena dalam proses penyayatan dari bagian tanaman yang akan dicangkok. Pada saat kulit batang dikupas maka sangat dibutuhkan ketelitian, supaya dalam mengupas kulit batang tang akan di cangkok tidak mengenai kayu (bagian dalam) dari batang/dahan yang dicangkok. Selain itu, pada saat setelah kulit batang/dahan tanaman yang akan dicangkok terkupas, maka haruslah dibersihkan terlebih dahulu. Pembersihan ini bertujuan untuk membersihkan kambium dari bagian yang telah dilepas kulitnya supaya pencangkokan dapa berhasil.
Selain itu masih banyak hal yang perlu diperhatikan dalam mencangkok ini, diantaranya dalam hal pemilihan batang induk. Batang induk (cabang/ranting) haruslah memang bagian yang paling baik/unggul dalam menghasilkan produksi dan tidak boleh terlalu tua. Waktu pencangkokan sebaiknya pada musim  hujan sehingga penyiraman tidak perlu dilakukan secara berulang-ulang dan masih banyak lagi yang lainnya.


BAB V  KESIMPULAN
Dari praktikum pembiakan vegetatif mengenai teknik mencangkok ini, maka dapat disimpulkan bahwa:
ü Teknik mencangkok berbeda halnya dengan okulasi dan sambung (menggunakan dua bagian tanaman yang berbeda), teknik mencangkok hanya menggunakan satu bagian tanaman saja dari satu tanamn
ü Dalam pelaksanaan pencangkokan, tidaklah sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan (tidak mudah tercemar) karena memang menggunakan tanah sebagai media tanamnya
ü Dalam mencangkok sebaiknya dilakukan pada musim penghujan (untuk mengurangi penyiraman secara terus menerus)
ü Dalam memilih pohon induk yang akan dicangkok sebaiknya memilih yang umurnya belum tua atau terlalu muda, kuat, sehat dan subur serta produksi tinggi
ü Selain media tanam pada batang induk, dalam mencangkok juga harus memperhatikan media (tanah) yang digunakan dalam menutupi bagian tanaman yang dicangkok (dikupas kulitnya)


DAFTAR PUSTAKA
Adnan, 2008. Pengembangan Vegetatif Mencangok. Gajah Mada Press. Yogyakarta.
Anonimus. 2015. http://id.m.wikipedia.org/wiki/pembiakan dengan_mencangkok. diakses tanggal 15 juni 2015.
Ashari, S. 1995. Holtikultura. UI-PRESS. Jakarta.
Herman. 2004. Teknik Pembibitan Dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Hias. World Agroforestry Centre. Bogor.
Sipayung, Patricius. 2015. Penuntun Praktikum Pembiakan Vegetatif. Fakultas Pertanian Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara. Medan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar