BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Sawi (Brassica
Juncea L.) merupakan sekelompok tumbuhan
dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan makanan
(sayuran) baik secara langsung maupun dengan cara diolah terlebih dahulu.
Tanaman sawi merupakan salah satu jenis tanaman yang sering dipilih untuk
dibudidyakan. Hal ini dikarenakan tanaman sawi sangat mudah dibudidayakan
dibandingkan tanaman sayuran yang lainnya. Selain karena cara pembudidayaannya
yang relatif mudah, juga karena umur dari tanaman sawi ini tergolong pendek
atau dengan kata lain pertumbuhannya relatif cepat.
Tanaman sayuran
merupakan salah satu tanaman andalan dari negara Indonesia. Di Indonesia,
banyak sekali petani yang membudidayakan berbagai jenis tanaman sayuran salah
satunya adalah sawi. Sawi banyak sekali digunakan dalam berbagai menu makanan
lezat, seprti mie ayam, bakso, pecel, gado-gado dan lain-lain.
Selain karena
proses budidayanya yang relatif mudah dan berumur pendek, tanaman sawi banyak
dibudidayakan karena banyak orang yang menyukai jenis sayuran yang satu ini.
Selain orang-orang Indonesia, jenis sayuran yang satu ini juga digemari oleh
orang-orang yang berada diluar negeri. Oleh karena banyaknya orang yang
menggemari sayuran sawi ini, maka para petani dituntut untuk lebih baik lagi
membudidayakan tanaman sawi ini supaya dapat memenuhi kebutuhan konsumen yang
semakin hari semakin meningkat.
Pada dasarnya
tanaman sawi dapat tumbuh ditempat manapun baik ditempat panas maupun ditempat
yang dingin, sehingga dapat dibudidayakan dari dataran rendah maupun pada
tempat dataran tinggi. Namun pada kenyataannya, tanaman sawi akan dapat tumbuh
dengan baik pada tempat-tempat dataran tinggi jika dibandingkan dengan pada
tempat dataran rendah. Hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan intensitas
cahaya matahari (cuaca) dan juga iklim serta suhu yang ada pada tempat dataran
rendah dan tempat dataran tinggi. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis
akan mencoba menjabarkan tentang bagaimana keadaan suhu, iklim dan cuaca yang
tepat untuk pertumbuhan tanaman/sayuran sawi.
1.2.Tujuan
Adapun
tujuan dari pembuatan karya tulis ini yaitu:
1. Sebagai
kewajiban bagi mahasiswa Fakultas Pertanian UNIKA St. Thomas Sumatera Utara untuk membuat tugas pada setiap semesternya
2. Sebagai
bahan bagi mahasiswa Pertanian untuk mengetahui dasar penanaman dari tanaman
sawi
3. Agar
mahasiswa dapat terlatih untuk membuat sebuah karya tulisnya sendiri dan mampu
menyampaikan hasil karya tulis yang telah dibuatnya tersebut
BAB II
ISI
Cuaca adalah kegiatan
atau kelakuan atmosfer pada waktu tertentu yang sifatnya berubah-ubah setiap
waktu atau dari waktu ke waktu. Sedangkan iklim merupakan rata-rata keadaan
cuaca dalam jangka waktu yang cukup lama (minimal 30 tahun) dan sifatnya tetap.
Unsur-unsur yang terkandung dalam iklim yaitu radiasi matahari, temperatur,
kelembaban, awan, presipitasi, evaporasi, tekanan udara dan angin (Patricius,
2014).
Untuk
melakukan budidaya sawi, kita harus mengetahui terlebih dahulu keadaan iklim,
suhu dan intensitas cahaya matahari yang cocok untuk pembudidayaannya, karena
keadaan ini merupakan salah satu faktor
awal atau utama untuk keberhasilan perkembangan budidaya sawi. Pada proses
perkecambahan, tanaman sawi tidak dapat menerima cahaya yang berlebihan,
sehingga diperlukan pengaturan. Persemaian dibuka setiap pagi hingga pukul
10.00 WIB, dan sore mulai pukul 15.00 WIB. Diluar waktu diatas, cahaya matahari
yang terlalu panas kurang menguntungkan bagi pertumbuhan dan perkembangan
bibit. Selain itu, pada proses perkecambahan tanaman sawi juga sangat sensitif
terhadap air yang berlebihan, sehingga pada saat terjadi hujan maka naungan
tempat perkecambahan sawi harus ditutup. Hal ini dilakukan untuk menghindari
pukulan air hujan yang dapat merusak bibit (Anonimus,2015).
Pertumbuhan tanaman sawi yang baik
membutuhkan suhu udara yang berkisar antara 19ºC - 21ºC. Keadaan suhu suatu daerah atau wilayah
berkaitan erat dengan ketinggian tempat dari permukaan laut (dpl). Daerah
yang memiliki suhu berkisar antara 19ºC - 21ºC adalah daerah yang ketingiannya
1000 – 1200 m dpl, semakin tinggi letak suatu daerah dari permukaan laut, suhu
udaranya semakin rendah. Sawi yang ditanam pada tempat yang bersuhu diatas 21ºC
dapat menyebabkan tanaman sawi tidak dapat tumbuh dengan baik. Hal ini
dikarenakan suhu udara sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman
sawi. Jika suhu tidak sesuai dengan kebutuhan suhu tanaman sawi maka
pertumbuhannya pun akan menjadi tidak bagus, karna dapat menyebabkan
terhambatnya proses fotosintesis yang dapat mengakibatkan terhentinya produksi
pati (karbohidrat) dan respirasi meningkat lebih besar. Jika suhu yang ada pada
suatu daerah sesuai dengan suhu yang dibutuhkan/diinginkan tanaman sawi, maka
tanaman dapat melakukan fotosintesis dengan baik dan dapat melakukan pembentukan karbohidrat dalam jumlah
yang besar. Sehingga sumber energi lebih tersedia untuk proses pernapasan
(respirasi), pertumbuhan tanaman (pembesaran dan pembentukan sel-sel baru,
pembentukan daun), dan produksi (Cahyono, 2003).
Faktor cahaya merupakan faktor yang
sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dan produksi. Intensitas cahaya
yang tinggi dapat mengakibatkan menigkatnya proses fotosintesis atau proses fotosintesis
dapat tercapai. Akan tetapi peningkatan
proses fotosintesis akan terhenti pada titik jenuh cahaya matahari. Cahaya
matahari yang kurang juga dapat menyebabkan pertumbuahan dan produksi tanaman
sawi menjadi menurun. Akibatnya dapat membuat pertumbuhan tanaman sawi menjadi
lemah, pucat, kurus, dan memanjang sehingga produktifitas tanaman sangat
kurang. Untuk mendapatkan intensitas cahaya matahari, tanaman sawi cukup memerlukan panjang penyinaran matahari
(fotoperiodisitas) 12 - 16 jam setiap hari. (Cahyono, 2003).
Kelembaban
udara yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman sawi yang optimal berkisar antara
80% - 90%. Kelembaban udara yang berada diatas 90% akan berdampak negatif
terhadap tanaman sawi, tanaman akan mengalami pertumbuhan yang tidak sempurna,
tanaman tidak subur, kualitas daun jelek, dan apabila tanaman ditujukan untuk
pembibitan, maka kualitas biji akan menjadi rendah. Sedangkan kelembaban udara
yang berada dibawah 80% juga akan
membawa dampak negatif pada pertumbuhan tanaman sawi. Kelembaban udara yang
berada dibawah 80% akan membuat tanaman sawi menjadi pertumbuhannya tidak
sempurna, dapat membuat tanaman menjadi kerdil, daun menguning dan relatif
kecil-kecil (Anonimus,2015).
Tanaman sawi (Brassica Juncea L.)
merupakan salah satu tanaman jenis sayuran yang banyak dibudidayakan oleh para
petani-petani di Indonesia, baik dipulau jawa, sumatera, kalimantan, sulawesi
maupun papua. Tanaman ini sering dijadikan sebagai bahan tambahan pada makanan
khas masing-masing daerah.
Di Indonesia, usaha budidaya
sayur-sayuran banyak dijalankan atau dilakukan didaerah-daerah yang memang
memiliki ketinggian tempat diatas 500 meter diatas permukaan laut. Di pulau
sumatera, kususnya provinsi sumatera utara, budidaya tanaman sayur-sayuran
banyak dilakukan di derah berastagi kabupaten karo, demikian juga halnya dengan
tanaman sawi. Hal ini dilakukan karena tanaman sayuran memang pada umumnya
memiliki sifat yang akan tumbuh dengan baik pada kondisi cuaca dan suhu yang
relatif sedang sampai keadaan suhu rendah (dalam rata-rata kondisi cuaca dan
suhu di Indonesia).
Pada
dasarnya, setiap jenis tanaman memang memerlukan cahaya matahari untuk
melakukan proses fotosisntesis. Demikian juga halnya dengan tanaman sawi. Telah dikatakan bahwa tanaman sawi akan dapat
tumbuh, baik ditempat yang bersuhu dingin maupun ditempat yang bersuhu panas
sekalipun. Namun pada kenyataannya tanaman sawi ini tidak dapat tumbuh dengan
baik pada kondisi udara yang panas (bersuhu tinggi). Dapat kita ambil contoh
pada percobaan yang telah dilakukan salah seorang mahasiswa Fakultas Pertanian
Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara yaitu Ardika Tarigan yang
melakukan penelitian diareal lahan pertanian UNIKA ST. THOMAS SU yang pada
dasarnya suhu rata-rata kota Meden mencapai 25 – 27 oC . Pada saat
kondisi cahaya matahari yang sangat panas, percobaan yang dilakukan mengalami
kegagalan karena tanaman mengalami kesulitan untuk berkembang. Namun setelah
musim panas mulai berakhir percobaan yang telah diulang mendapatkan hasil yang
baik. Hal tersebut menunjukan tanaman sawi tidak akan mampu tumbuh dengan baik
pada saat kondisi cahaya matahari sangat panas atau dengan kata lain pada suhu
yang tinggi, namun akan tumbuh dengan lebih baik pada kondisi cahaya matahari
yang tidak terlalu panas dan dengan suhu yang relatif sedang sampai dengan
rendah ( dalam rata-rata kondisi suhu di Indonesia).
Memang
tanaman sawi dapat tahan terhadap hujan, namun juga tidak baik hasilnya jika
tanaman sawi ini dibudidayakan pada kondisi cuaca dalam keadaan musim
penghujan. Pada kondisi musim penghujan akan membuat tanaman sawi ini tergenang
dan menyebabkan pertumbuhannya menjadi terhambat dan membuat kualitas daun
menjadi buruk (menguning). Selain itu, budidaya tanaman sawi pada musim
penghujan akan mengakibatkan tanaman rentan terhadap hama dan penyakit atau
bahkan air yang menggenangi dapat menjadi sarang bagi hama tanaaman.
BAB
III
PENUTUP
4.1.
kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil
dari karya tulis ini, yaitu:
1. Tanaman
sawi akan mampu tumbuh dengan baik pada kondisi cuaca yang tidak panas atau
dengan kata lain suhunnya tergolong rendah (rata-rata suhu Indonesia)
2. Tanaman
sawi juga tidak mampu bertahan hidup dengan baik pada musim penghujan, karena
air yang menggenang dapat menghambat pertumbuhan tanaman ini dan juga dapat
menjadi sarang hama penyakit
4.2. Saran
“Karena
tanaman sawi tidak mampu tumbuh dengan baik pada kondisi cahaya matahari yang
terlalu panas dan air yang menggenang, maka penanaman sawi sebaiknya dilakukan
pada akhir musim penghujan dan awal musim kemarau.”
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, Bambang. 2003. Teknik dan Strategi Budidaya Sawi Hijau.
Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
Sipayung, Patricius. 2014. Agroklimatologi. Universitas Katolik
Santo Thomas Sumatera Utara. Medan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar